alumni lirboyo yang terkenal
BACAMALANGCOM – Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Malang, Hj Lathifah Shohib – Didik Budi Muljono (LaDub) kini mendapat dukungan dari Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Ploso dan Sidogiri untuk memenangkan Pilbup Malang. Alumni dari tiga pondok pesantren besar di Jawa Timur itu menyatakan dukungannya kepada pasangan Ladub melalui
SelapananAlumni Lirboyo Daerah Magelang 28 Desember 2017 Maul lana Lirboyonet-Kediri, Rutinan Selapanan Kec. Salaman Kab. Magelang digelar setiap malam Rabu Legi. Kali ini bertempat di Pojok Lirboyo Peran Santri Dalam Menangkal
NingImaz Fatimatuz Zahra Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Ihsan Lirboyo Kediri menyampaikan bahwa menjadi muslimah harus memiliki komitmen yang kuat. Yakni memematuhi dan taat segala perintah dari Allah SWT serta menjauhi apa yang dilarang-Nya. Selain itu, Ning Imaz juga memaparkan cara menghindari ghibah bagi perempuan.
Melaluimaklumat yang dibuat, jajaran pimpinan Pondok Pesantren memerintahkan santri dan alumninya untuk memilih Jokowi dan Ma'ruf Amin di Pilpres 2019. Ketua Umum Pengurus Pusat Himpunan Alumni Pesantren Lirboyo Kediri KH Abdullah Kafabihi Mahrus mengatakan, maklumat tersebut merupakan iktihar dari keluarga besar bagi para santri
Bloggertemplates. Blogger news. Blog Archive 2015 (3)
Süddeutsche Zeitung Heirats Und Bekanntschaften Suche. Meskipun bukan akun resmi dari Pondok Pesantren Ponpes Lirboyo, ternyata akun Instagram ini justru punya banyak pengikut. Jumlahnya bahkan mengalahkan akun-akun resmi dari ponpes yang ada di Kelurahan Lirboyo tersebut. MOHAMMAD SYIFA “Wong wedok kui kudu ngalim dewe, ojo dadi bunyai Mudhof ilaih, surgo nunut neroko katut,”. Begitulah bunyi caption salah satu foto di akun Instagram serambilirboyo yang diunggah kemarin. Tidak hanya mengunggah foto dan caption singkat, dalam setiap unggahan foto selalu diikuti dengan berbagai keterangan. Keterangan itu bisa berupa hadits atau penjelasan-penjelasan dari berbagai kitab. Temanya bisa beragam. Mulai dari fiqih sehari-hari hingga isu-isu menarik lainnya. Namun, unggahan yang paling utama dari akun tersebut sebenarnya adalah terkait dengan kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Ponpes Lirboyo. Tidak hanya kegiatan belajar-mengajar di pondok, melainkan hal-hal unik lainnya yang terjadi di pondok yang mungkin jarang diketahui oleh masyarakat luas. “Akun serambilirboyo hanyalah akun biasa. Mboten spesial,” ujar Ahmad Fahrurrozi, admin atau pengelola akun serambilirboyo kepada Jawa Pos Radar Kediri. Fahrurrozi sendiri awalnya sebenarnya malu-malu’ dan enggan mengungkap identitasnya saat wartawan koran ini hendak mencari tahu siapa pengelola akun tersebut. Lelaki yang juga merupakan alumni Ponpes Lirboyo 2011 tersebut ingin apa yang dia lakukan benar-benar tidak diketahui orang lain. Menurut dia, akun media sosial tersebut sengaja dibuat dari ide yang sangat sederhana. Yakni bermula dari adanya rasa cinta terhadap pesantren, masyayikh, dan rasa eman. “Eman kalau dawuh dari para masyayikh Lirboyo tidak disebarluaskan,” sambung alumni yang kini tinggal di Magelang tersebut. Menurut dia, ada banyak akun-akun yang sebenarnya membagikan petuah dari para ulama. Namun, akun serambilirboyo ini mengkhususkan untuk menyebarluaskan dawuh dari ulama Lirboyo. Harapannya, agar orang tua yang melihat pesan-pesan itu akhirnya tertarik untuk memondokkan anaknya. Lantas, kapan akun tersebut mulai dibentuk? Menurut Fahrurrozi, awalnya dia hanya membuat akun Facebook yang saat ini sudah dikelola langsung oleh pihak pondok. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, muncul Instagram. Dari situlah lantas berinisiatif untuk membuat akun serambilirboyo. Menariknya, kata Fahrurrozi, akun tersebut sebenarnya bukanlah akun resmi yang dibuat oleh pengurus pondok. Melainkan, hanyalah akun untuk mewadahi para alumni yang sekiranya kangen’ dengan suasana di pondok. “Kalau pengurus pondok dan lembaga punya akun tersendiri,” tandas lelaki 29 tahun itu. Menariknya, dari pantauan wartawan koran ini, justru akun serambilirboyo ini memiliki jumlah follower yang lebih banyak dibanding akun-akun Lirboyo lainnya. Akun serambilirboyo kini punya pengikut. Angka itu lebih besar jika dibandingkan akun pondoklirboyo yang mencapai pengikut. Selama ini, hanya Fahrurrozi yang mengelola sendiri akun tersebut. Kendati demikian, dia punya rekan-rekan yang ada di Ponpes Lirboyo yang rutin untuk setor’ foto-foto. Karena itulah, meskipun dikelola dari jauh, akun tersebut selalu mendapatkan foto atau gambar yang update. Akun itu sendiri mulai dibuat pada 2016 lalu. Saat itu dibuat satu hari jelang peringatan Hari Santri yang jatuh setiap 20 Oktober. Dari situlah lantas akun tersebut terus meningkat jumlah pengikutnya. “Kebetulan sejak masih di rumah, saya memang sudah suka dengan media sosial,” lanjutnya. Bagi dia, ada rasa suka tersendiri bisa mengelola akun tersebut. Pasalnya, sejak kecil dia memang sudah bercita-cita untuk mondok. Karena itulah, pada tahun 2000 dia langsung mondok di Lirboyo dan ternyata kerasan hingga lulus di 2011. Ke depan, Fahrurrozi berharap agar akun tersebut bisa memberikan manfaat kepada masyarakat luas. Terutama dalam hal menyebarkan kebaikan kepada masyarakat, terutama para alumni Lirboyo. Meskipun bukan akun resmi dari Pondok Pesantren Ponpes Lirboyo, ternyata akun Instagram ini justru punya banyak pengikut. Jumlahnya bahkan mengalahkan akun-akun resmi dari ponpes yang ada di Kelurahan Lirboyo tersebut. MOHAMMAD SYIFA “Wong wedok kui kudu ngalim dewe, ojo dadi bunyai Mudhof ilaih, surgo nunut neroko katut,”. Begitulah bunyi caption salah satu foto di akun Instagram serambilirboyo yang diunggah kemarin. Tidak hanya mengunggah foto dan caption singkat, dalam setiap unggahan foto selalu diikuti dengan berbagai keterangan. Keterangan itu bisa berupa hadits atau penjelasan-penjelasan dari berbagai kitab. Temanya bisa beragam. Mulai dari fiqih sehari-hari hingga isu-isu menarik lainnya. Namun, unggahan yang paling utama dari akun tersebut sebenarnya adalah terkait dengan kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Ponpes Lirboyo. Tidak hanya kegiatan belajar-mengajar di pondok, melainkan hal-hal unik lainnya yang terjadi di pondok yang mungkin jarang diketahui oleh masyarakat luas. “Akun serambilirboyo hanyalah akun biasa. Mboten spesial,” ujar Ahmad Fahrurrozi, admin atau pengelola akun serambilirboyo kepada Jawa Pos Radar Kediri. Fahrurrozi sendiri awalnya sebenarnya malu-malu’ dan enggan mengungkap identitasnya saat wartawan koran ini hendak mencari tahu siapa pengelola akun tersebut. Lelaki yang juga merupakan alumni Ponpes Lirboyo 2011 tersebut ingin apa yang dia lakukan benar-benar tidak diketahui orang lain. Menurut dia, akun media sosial tersebut sengaja dibuat dari ide yang sangat sederhana. Yakni bermula dari adanya rasa cinta terhadap pesantren, masyayikh, dan rasa eman. “Eman kalau dawuh dari para masyayikh Lirboyo tidak disebarluaskan,” sambung alumni yang kini tinggal di Magelang tersebut. Menurut dia, ada banyak akun-akun yang sebenarnya membagikan petuah dari para ulama. Namun, akun serambilirboyo ini mengkhususkan untuk menyebarluaskan dawuh dari ulama Lirboyo. Harapannya, agar orang tua yang melihat pesan-pesan itu akhirnya tertarik untuk memondokkan anaknya. Lantas, kapan akun tersebut mulai dibentuk? Menurut Fahrurrozi, awalnya dia hanya membuat akun Facebook yang saat ini sudah dikelola langsung oleh pihak pondok. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, muncul Instagram. Dari situlah lantas berinisiatif untuk membuat akun serambilirboyo. Menariknya, kata Fahrurrozi, akun tersebut sebenarnya bukanlah akun resmi yang dibuat oleh pengurus pondok. Melainkan, hanyalah akun untuk mewadahi para alumni yang sekiranya kangen’ dengan suasana di pondok. “Kalau pengurus pondok dan lembaga punya akun tersendiri,” tandas lelaki 29 tahun itu. Menariknya, dari pantauan wartawan koran ini, justru akun serambilirboyo ini memiliki jumlah follower yang lebih banyak dibanding akun-akun Lirboyo lainnya. Akun serambilirboyo kini punya pengikut. Angka itu lebih besar jika dibandingkan akun pondoklirboyo yang mencapai pengikut. Selama ini, hanya Fahrurrozi yang mengelola sendiri akun tersebut. Kendati demikian, dia punya rekan-rekan yang ada di Ponpes Lirboyo yang rutin untuk setor’ foto-foto. Karena itulah, meskipun dikelola dari jauh, akun tersebut selalu mendapatkan foto atau gambar yang update. Akun itu sendiri mulai dibuat pada 2016 lalu. Saat itu dibuat satu hari jelang peringatan Hari Santri yang jatuh setiap 20 Oktober. Dari situlah lantas akun tersebut terus meningkat jumlah pengikutnya. “Kebetulan sejak masih di rumah, saya memang sudah suka dengan media sosial,” lanjutnya. Bagi dia, ada rasa suka tersendiri bisa mengelola akun tersebut. Pasalnya, sejak kecil dia memang sudah bercita-cita untuk mondok. Karena itulah, pada tahun 2000 dia langsung mondok di Lirboyo dan ternyata kerasan hingga lulus di 2011. Ke depan, Fahrurrozi berharap agar akun tersebut bisa memberikan manfaat kepada masyarakat luas. Terutama dalam hal menyebarkan kebaikan kepada masyarakat, terutama para alumni Lirboyo. Artikel Terkait
Jakarta, Gontornews — Penampilannya sederhana, tak menampakkan dirinya seorang kia besar. Sifat tawadhu dan sederhana ini ternyata sosok di balik berdirinya Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur. Dialah KH Abdul Karim atau yang biasa disebut Mbah adalah nama kecil KH Abdul Karim. Ia lahir sekitar tahun 1856, di Dukuh Banar, Desa Diangan, Kawedanan Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Ia merupakan putra ketiga dari pasangan Abdur sebagai seorang petani, ayah Manab juga seorang pedagang. Kehidupan keluarga Abdur Rahim sebenarnya berkecukupan, hanya setelah sang ayah meninggal dan usaha itu dilanjutkan oleh sang istri serta tak lama kemudian Salmah –ibu Manab- menikah lagi, Manab memutuskan untuk mengembara dengan tujuan menuntut ilmu, ingin meniru kedua kakaknya, yakni Aliman dan Mu`min yang lebih dulu hari, Aliman pulang ke Magelang. Rupanya Aliman juga bermaksud mengajak Manab yang saat itu berusia 14 tahun untuk berkelana. Dengan berbekal restu orangtua, Manab akhirnya berangkat ke Jawa perjalanan itu, kedunya sampai di Dusun Gurah Kediri, bernama Babadan. Di dusun inilah, keduanya menemukan sebuah surau yang diasuh oleh seorang kiai, dan mulai nyantri untuk mempelajari ilmu-ilmu dasar, seperti ilmu amaliyah –dengan membagi waktu sambil ikut mengetam padi, menjadi buruh warga desa saat panen dirasa cukup, ia meneruskan nyantri ke pesantren yang terletak di Cepoko, 20 kilometer sebelah selatan Nganjuk, dengan bekerja di pesantren itu. Di sini, Manab belajar selama 6 tahun. Lantas pindah ke Pesantren Trayang, Bangsri, Kertosono. Di pesantren ini pula, konon Manab memperdalam al-Qur` tak puas hanya belajar di dua pesantren, Manab pindah ke Sidoarjo, pesantren Sono –yang terkenal akan ilmu sorofnya. Di pesantren ini, ia mondok 7 tahun dan tidak lagi belajar sambil bekerja, karena seluruh kebutuhannya sudah ditanggung sana ia lalu nyantri ke Pesantren Kedungdoro dan kemudian ke Madura untuk nyantri kepada Kiai Kholil Bangkalan. Di pesantren ini, hampir 23 tahun Manab nyantri. Saat itu ia sudah berusia 40 cukup lama, Kiai Kholil merasa Manab sudah lulus. Lalu Manab pamit pulang. Namun sesampainya di Jawa Timur, dia mendengar salah satu sahabatnya kala mondok di Madura, Kiai Hasyim Asy`ari telah tiga tahun membina pesantren di Tebuireng, Jombang, yang membuat Manab singgah. Di pesantren ini, ternyata dia tidak sekedar singgah dan malah sempat nyantri selama 5 diduga-duga, Kiai Hasyim menjodohkannya dengan salah seorang putri kerabatnya, putri KH Sholeh dari Banjarmlati, Kediri. Kiai Manab yang saat itu berusia 50 tahun akhirnya menikah dengan KH Sholeh berkeinginan membeli tanah di Lirboyo dan memberikannya kepada Manab. Akhirnya, Kiai Manab pun menetap di situ, Kiai Manab boleh dikatakan merintis dari awal. Bahkan, di awal-awal Kiai Manab menetap di Lirboyo tidak jarang kena teror. Tujuannya agar Kiai Manab tak betah. Tapi dengan ketabahan, Kiai Manab justru berhasil menyadarkan kiai Manab memulai membangun sarana peribadatan, mushalla yang 3 tahun kemudian disempurnakan menjadi masjid tahun 1913. Dengan keberadaan masjid itu keberhasilan dakwah Kiai Manab kian tampak. Masjid itu tidak sekedar hanya sebagai tempat ibadah, melainkan juga sebagai sarana pendidikan dan situ, banyak masyarakat yang kemudian berguru, malahan ada seorang santri yang datang dari Madiun, bernama Umar. Santri pertama inilah yang kemudian menjadi cikal bakal keluarga besar Pesantren Lirboyo, yang dirintis dari nol oleh Kiai demi tahun, Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo semakin dikenal oleh masyarakat luas dan semakin dibanjiri santri. Setelah pesantren berkembang, banyak santrinya yang menjadi ulama besar. Di antaranya KH Marzuqi Dahlan dan KH Mahrus Aly. Kedua ulama ini juga merupakan menantu Mbah Manab yang kemudian membantu mengembangkan Pesantren Manab, KH Marzuqi Dahlan, dan KH Mahrus Aly merupakan tiga tokoh penting Pondok Pesantren Lirboyo. Biografi ketiganya diceritakan dalam buku berjudul Tiga Tokoh Lirboyo yang diterbitkan Jausan Lirboyo pada Juli pada hari Senin tanggal 21 Ramadhan 1374 H, sekitar pukul KH Abdul Karim wafat. Suasana sedih tentu melingkari keluarga Pesantren Lirboyo. Sebab, sosok kharismatik itu telah tiada. [Fath]
Menampilkan Artikel dengan Kategori "Biografi Kiai Lirboyo" Biografi Kiai Lirboyo Peringatan Haul dan Kisah Tawadhu KH. Abdulloh Ma’sum Jauhari 18/05/23 – Bertepatan pada malam Kamis, 28 Syawal 1444 H., diperingati haul salah satu Masyayikh Lirboyo KH. Abdulloh Ma’sum Jauhari, di kediaman Agus H. Badrul Huda Zainal Abidien Syarif. Memperingati haul KH. Abdulloh Ma’sum Jauhari atau yang biasa dipanggil Gus Ma’sum, rasanya kurang afdhol jika tidak dibarengi dengan pengetahuan tentang sosok beliau. Selain dikenal […] Biografi Kiai Lirboyo Mengenang KH. Abdul Karim Pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Tahun 1910 merupakan tonggak awal berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, tempat berjubelnya berpuluh ribu santri. Siapa sangka!!! lingkungan semegah dan seramai ini dahulunya sangat wingit serta mencekam, banyak dihuni para raja jin dan antek-anteknya, markas bromocorah dan kawan-kawannya, favorit para begal untuk bersembunyi mengintai saudagar lewat. Kawasan yang dahulunya dijauhi kini bak magnet dengan kekuatan […] Biografi Kiai Lirboyo KH. Mahrus Aly 1907 – 1985 KH. Mahrus Aly lahir di dusun Gedongan, kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dari pasangan KH Aly bin Abdul Aziz dan Hasinah binti Kyai Sa’id, tahun 1906 M. Beliau adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Masa kecil beliau dikenal dengan nama Rusydi dan lebih banyak tinggal di tanah kelahiran. Sifat kepemimpinan beliau sudah nampak saat […] Biografi Kiai Lirboyo KH. Marzuqi Dahlan 1906 – 1975 KH. Marzuqi Dahlan lahir tahun 1906 M, di Desa Banjarmelati, sebuah desa di bantaran barat Sungai Brantas, Kota Kediri. Beliau putra bungsu dari empat bersaudara, dari pasangan KH. Dahlan dan Nyai Artimah. Dibawah pengawasan langsung kakeknya KH. Sholeh Banjarmelati Gus Zuqi kecil menerima pengajaran dasar-dasar Islam seperti aqidah, tajwid, fiqh, ubudiyah, dll. Pernah satu waktu, […] Biografi Kiai Lirboyo KH. Abdul Karim 1856 – 1954 KH. Abdul Karim lahir tahun 1856 M di desa Diyangan, Kawedanan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, dari pasangan Kiai Abdur Rahim dan Nyai Salamah. Manab adalah nama kecil beliau dan merupakan putra ketiga dari empat bersaudara. Saat usia 14 tahun, mulailah beliau melanglang buana dalam menimba ilmu agama dan saat itu beliau berangkat bersama sang kakak […]
Pesantren adalah lembaga yang sangat efektif untuk mengembangkan dan mempertahankan ajaran Ahli Sunah wal Jama’ah, sekaligus men’cetak’ ulama-ulamanya. Oleh karena itu pondok pesantren harus ditumbuh kembangkan dan diangkat, baik kualitas maupun kwantitasnya. Untuk tercapainya tujuan tersebut, sangat erat kaitannya kepada ulama pondok pesantren yang selalu bersatu padu memperkokoh tali silaturrahim, banyak bermusyawarah, saling tolong menolong, bantu membantu, baik yang bersifat pribadi maupun organisasi yang dibentuk para alumninya. Dan berdasarkan pemikiran ini, para alumni Pondok Pesantren Lirboyo, dengan penuh kesadaran dan tawakkal membentuk organisasi dengan nama HIMASAL, singkatan dari Himpunan Alumni Santri Lirboyo. HIMASAL lahir di Lirboyo pada tanggal 26 Syawal 1416 H. bertepatan dengan tanggal 15 Maret 1996 M. Organisasi ini bersifat kekeluargaan dan beraqidah Islam menurut faham Ahli Sunnah wal Jama’ah serta mengikuti salah satu madzhab empat Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali yang beranggotakan setiap santri yang pernah belajar di Pondok Pesantren Lirboyo dan menyetujui azas-azas, aqidah tujuan dan sanggup melaksanakan semua keputusan organisasi. Kepengurusannya terdiri dari Dewan Pembina, Dewan Penasehat dan Dewan Pimpinan. Sedang tingkat kepengurusan organisasi yang berazaskan Pancasila ini terbagi menjadi tiga macam Kepengurusan Pusat, disingkat dengan PP, Pengurus Wilayah tingkat provinsi disingkat PW dan Pengurus Cabang tingkat Kabupaten/ Kotamadya/ Kota disingkat PC. Untuk permusyawaratannya, terbagi menjadi empat Musyawarah Nasional MUNAS, Musyawarah Besar MUBES, Musyawarah Wilayah MUSWIL dan Musyawarah Cabang MUSCAB. Keuangan organisasi yang berpusat di Pondok Pesantren Lirboyo ini, bersumber dari sumbangan yang tidak mengikat dan usahan-usaha halal lainnya. Semenjak terbentuk, HIMASAL telah menggelar MUNAS tiga kali. Pertama pada tanggal 17-19 Juli 2001, kedua digelar serangkai dengan peringatan Satu Abad Lirboyo pada 17 Juli 2010, dan ketiga pada 26 Mei 2015. 4 Alumni Muslim Pesantren
Lirboyo Dihina tidak tumbang, difitnah tetep berjuang malah semakin terkenal, ketika dipuji tidak terbang. Last updated Sep 15, 2022 LTN NU Jabar, Nurul Azizah – Ada sebuah group di Facebook yaitu Ilmu Tauhid dan Sunnah, yang menurut penulis group itu dibuat oleh orang-orang pecinta Wahabi. Memamerkan ajaran-ajarannya dan menyebarkan ke kalayak ramai bahwa ajaran Wahabi itu keren dan asyik, itu menurut pendapat mereka. Tetapi kenyataannya tidak begitu. Malah mereka membongkar sendiri tipu daya dan hoak selama ini. Penulis pernah ditawari teman Nahdliyin untuk gabung di group itu, bahkan sering di tag untuk bisa komen dan lain-lain, tetapi tidak penulis gubris. Males saja berdebat dengan para anggota group yang rata-rata anggota kelompok Wahabi. Ciri-ciri dari kelompok Wahabi selalu mengklaim bahwa kata sunnah, hijrah, salafi, manhaj salaf, itu sudah menjadi miliknya. Belum lagi kata-kata yang bernada kearab-araban umi, ukhti, antum dan lain-lain yang semakin menjadikan kepalanya tambah besar. Sesuatu yang selalu berbeda dengan pemahaman mereka dianggap bid’ah. Termasuk mencari ilmu di Pondok Pesantren NU dalam hal ini disebut sebagai Ponpes Lirboyo, juga dianggap bid’ah. [bs-quote quote=”Dihina tidak tumbang, difitnah tetep berjuang malah semakin terkenal, ketika dipuji tidak terbang” style=”style-13″ align=”left” color=”” author_name=”Nurul Azizah” author_job=”” author_avatar=”” author_link=””][/bs-quote] Kata-kata dalam unggahan group Wahabi tersebut “Mondok bertahun-tahun, pulang bawa amalan bid’ah.” Sudah menjadi rahasia umum kalau Wahabi itu suka membid’ah-bid’ahkan amaliyah warga Nahdlatul Ulama NU. Mereka hanya hafal hadis, “Kullu bid’atin dholalah,” setiap bid’ah adalah kesesatan. Itu potongan hadis yang tidak utuh, tapi sudah menjadi icon Wahabi yang suka membid’ah bid’ahkan orang yang tidak sefaham. Padahal kalau mau mempelajari hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, As Nasai dan Ibnu Majjah bukanlah sepenggal hadis yang tidak ada lanjutannya. Wahabi menutupi lanjutan hadis tersebut. Kalau hadis itu dibaca utuh maka akan memiliki makna sebagai berikut “Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesunggunya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallahu’ alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan tempatnya di neraka HR. Muslim, Ahmad, An Nasai’, Ibnu Majjah. Sejak kapan mondok di pesantren NU menjadi bid’ah. Nyatanya banyak alumni Ponpes Lirboyo yang menjadi ulama besar di negeri ini. Bahkan para alumni telah membentuk Himpunan Alumni Santri Lirboyo yang diberi nama HIMASAL, singkatan dari Himpunan Alumni Santri Lirboyo. Mengutip dari Himasal didirikan pada tanggal 26 Syawal 1416 H atau 15 Maret 1996 M. Organisasi yang bersifat kekeluargaan dan beraqidah Islam menurut faham ahli sunnah wal jama’ah dan berazaskan Pancasila. Para alumni Ponpes Lirboyo Kediri Jawa Timur, banyak yang menjadi ulama besar diantaranya Mbah Maimoen Zubair. Kiai Haji Maimun Zubair, kadang ditulis menggunakan ejaan lama Maimoen Zoebair atau akrab dipanggil Mbah Moen, adalah seorang ulama dan politikus Indonesia. Beliau pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang dan menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan hingga ia wafat pada tanggal 6 Agustus 2019 di Mekkah dan di makamkan di Jannatul Mualla, Mekkah Arab Saudi. Warga masyarakat harus tahu ada tiga alumni Lirboyo yang menjadi Paku Indonesia, yaitu Mbah Moen, Gus Mus KH. Mustofa Bisri dan KH. Said Agil Sirodj. Masih banyak ulama-ulama kharismatik lainnya alumni Lirboyo. Apakah sudah benar kata bid’ah disematkan pada Pondok Pesantren Lirboyo. Para ustad dan santri Wahabi cobalah berkunjung ke Lirboyo Kediri, berdiskusi dan bertukar pandangan tentang Islam Rahmatan Lil Alamin. Jangan cuma berani membid’ah-bid’ahkan ajaran yang diberikan di Lirboyo. Tolong bercermin pada diri sendiri, apakah Wahabi bisa mencetak ulama yang bisa menganyomi umat Islam seluruh Nusantara. Mbah Moen sudah membuktikan. Lirboyo di fitnah dan dihina tidak tumbang, apalagi yang menghina kelompok Wahabi. Oh biasa saja tuh, malah semakin ngetop, beriklan tanpa harus membayar. “Dihina tidak tumbang, difitnah tetep berjuang malah semakin terkenal, ketika dipuji tidak terbang.” Penulis yakin Lirboyo tetep fokus menjadi pemenang dan mampu menghidupi banyak orang. Mengapa harus susah payah meladeni ujaran kebencian yang dilontarkan oleh oknum Wahabi. Tampang penghina Lirboyo sudah beredar di Sosmed, mungkin sebentar lagi dia minta maaf atas postingannya di group Ilmu Tauhid dan Sunnah. Tulisannya sebagai berikut sambil mengunggah profil Pondok Pesantren Lirboyo “Pondok ini mengajarkan amalan-amalan bid’ah. Semoga pondok ini dirujuk ke Manhaj Salaf … , MONDOK BERTAHUN TAHUN PULANG BAWA AMALAN BIDAH.” Coba amalan Wahabi diejek orang, pasti orang Wahabi tidak terima. Apakah Pondok Pesantren Manhaj Salaf sudah mengajarkan apa yang tertulis dalam Al-quran dan Al-hadis. Mereka sendirilah pelaku bid’ah sesat, karena Kanjeng Nabi tidak pernah mengajarkan perbuatan yang menghina dan memfitnah suatu Pendidikan di Pondok Pesantren. Apakah zaman Kanjeng Nabi sudah ada Pondok Pesantren kok beraninya menghina dan membid’ah bid’ahkan amalan orang NU termasuk mencari Ilmu di Pondok Pesantren NU sekelas Lirboyo. Menuduh bid’ah mondok di Lirboyo juga bagian dari bid’ah sendiri.
alumni lirboyo yang terkenal