alun alun bondowoso malam hari
Gambarvideo yang beredar/Foto: Tangkapan layar. Pacitan -. Sebuah video mesum beredar di media sosial. Lokasi aksi tak senonoh itu belum diketahui pasti, namun diduga berada di sekitar Alun-alun Pacitan. Video berdurasi 2 menit 50 detik itu menampilkan dua remaja yang tengah duduk di sebuah taman. Persisnya di samping bangunan kecil mirip
Jember-. Perhelatan Jember Fashion Carnaval (JFC) 2022 akan menutup Jalan Gajah Mada, Jalan Sultan Agung, hingga Alun-alun Jember yang berada di Jalan Sudarman. Oleh sebab itu, Dinas Perhubungan Jember telah menyiapkan skema rekayasa lulu lintas (lalin). "Untuk tanggal 6 Agustus mulai pukul 10.00 WIB kami melakukan penutupan arus dari Jalan
AntisipasiKerumunan Malam Pergantian Tahun, Alun-alun Kota Wonosari Gunungkidul Disterilkan dari Kendaraan Gaya Hidup Travel. Sabtu, 18 Desember 2021 - 08:06 WIB Dampak hujan abu vulkanik gunung Raung Bondowoso terasa di tiga kecamatan di Jember, Jawa timur. Jadwal Hari Ini. Jam. Jadwal Acara. Saat Ini. Big Fight Boxing 15:00 -
JamOperasional Alun-alun Klaten. Wisata taman kota di Klaten ini buka setiap hari selama 24 jam. Artinya, kawasan alun-alun ini tidak akan pernah sepi. Semakin larut biasanya pengunjungnya akan semakin ramai. Keramaian di sini juga biasanya disebabkan oleh adanya komunitas-komunitas yang gemar berkumpul di sini.
BazarRamadan 2022 di Alun-Alun Bondowoso Dimulai Hari Ini, Total Ada 150 UMKM Senin, 04 April 2022 - 14:27 | 41.67k Suasana Bazar Ramadan di Alun-Alun RBA Ki Ronggo Bondowoso tahun kemarin (FOTO: Dokumen TIMES Indonesia) Pewarta: Moh Bahri | Editor: Faizal R Arief
Süddeutsche Zeitung Heirats Und Bekanntschaften Suche. Bondowoso Antara Jatim - Kegiatan "Bondowoso Bersholawat" di Alun-alun Kota Bondowoso, Jawa Timur, Kamis malam dan berakhir hingga Jumat dini hari dimeriahkan dengan lambaian bendera merah putih yang dipegang oleh orang menghadiri kegiatan yang disi penampilan "Jam'iyah Sholawat Bhenning" dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Kabupetan Situbondo, itu. Mereka tidak beranjak hingga acara berakhir dengan tausiah dan doa dari Pengasuh Ponpes Sukorejo KHR Ahmad Azaim melambai-lambaikan merah sebagai lambang cinta Tanah Air, acara itu juga diawali dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya".Sebelum tausiah, jemaah dihibur dengan iringan selawat hadrah yang merdu oleh personel Jam'iyah Sholawat Bhenning serta adegan teater dengan lakon berjudul "Penguasa Dzolim Arya Kuwu".Penampilan teater asuhan Ustaz Zainul Walid itu menyedot perhatian penonton dengan pesan dakwah tentang pemilihan pemimpin di suatu negeri. Lakon itu mengisahkan Kadipaten Pajang yang akan memilih seorang pemimpin atau dua calon dengan karakter bertolak belakang dalam adegan itu. Tokoh pertama adalah Arya Kuwu yang berambisi untuk berkuasa dan tokoh kedua adalah Arya Damar dengan watak santri yang "tawaddhuk" atau patuh pada petuah ulama dan tidak mewujudkan ambisinya, Arya kuwu mendatangi seorang dukun Mbah Dawuh diperankan oleh Zainul Walid dengan membawa sepeti emas. Dia berjanji kalau menang dan dilantik menjadi adipati, akan menambah lagi satu peti emas untuk Mbah pemilihan adipati dimenangi oleh Arya Kuwu. Setelah dilantik menjadi adipati, Arya Kuwu menunjukkan watak aslinya yang serakah dan kejam. Ia menarik upeti dari rakyatnya yang sudah menderita. Ia membunuh rakyatnya yang menentang sisi lain, Mbah Dawuh berharap kiriman emas dari Arya Kuwu. Setelah ditagih, Arya Kuwu menolaknya. Mbah Dawuh marah dan meminta pertolongan harimau penguasa Pajang untuk membunuh Arya tampil di acara pengajian, kata Zainul Walid, lakon drama ini juga berbingkai dakwah. Pesan yang disampaikan dalam lakon ini adalah ajakan kepada masyarakat di suatu wilayah untuk menjaga kerukunan meski berbeda dalam pilihan politik."Karena kalau rakyat di suatu wilayah atau negeri tidak rukun, maka tunggulah kehancuran negeri itu," kata ustadz yang juga dikenal sebagai penyair dan dramawan itu, pesan dalam lakon itu adalah, kedzaliman akan hancur jika melawan kebenaran. Sebaliknya kebenaran akan menemukan kemenangannya pada suatu saat. Setelah kematian Arya Kuwu, ulama di Pajang berunding dan sepakat memilih Arya Damar sebagai adipati agar tidak terjadi kekosongan kepemimpinan di negeri yang diwarnai permusuhan itu kemudian berakhir dengan ajakan ulama agar rakyat Kadipaten Pajang bersatu padu membangun negerinya. Panggung yang menghadap ke timur itu kemudian dimeriahkan kembali oleh alunan selawat dari kelompok "Sholawat Bhenning".Kiai Azaim yang juga cucu dari Pahlawan Nasional KHR As'ad Syamsul Arifin ini dalam ceramahnya mengingatkan jemaah tentang hadits Nabi Muhammad yang menyebutkan ada tujuh golongan umat yang kelak di Padang Mahsyar akan mendapatkan naungan dari dari golongan itu adalah orang yang saling mencintai karena Allah, kemudian berpisah juga karena Allah. Kiai Azaim menyebut bahwa para jemaah itu berkumpul karena Allah dan kemudian kembali ke rumahnya juga karena memenuhi kewajibannya masing-masing sebagaimana diperintahkan oleh Allah."Semoga kita semua menjadi bagian dari tujuh golongan yang kelak mendapat naungan dari Allah. Aamiinn," kata ulama muda kharismatik Bersholawat itu digelar oleh mahasiswi KKN Institut Agama Islam Ibrahimy IAII Sukorejo, Situbondo, bekerja sama dengan Ikatan Santri Alumni Salafiyah Syafiiyah IKSASS Rayon Bondowoso.*
BONDOWOSO, – Alun-Alun RBA Ki Ronggo Bondowoso tampak lengang di hari Minggu perdana awal 2021. Empat ruas jalan utama disekat. Yakni Jl. Amir Kusnan Monumen Gerbong Maut, Jl. Jaksa Agung Suprapto depan Lapas Kelas II B Bondowoso, Jl. Letnan Karsono Bank Jatim Bondowoso, dan jalan depan Masjid Agung At Taqwa. Empat ruas jalan di jantung kota itu ditutup mulai pukul hingga Gabungan aparat keamanan diterjunkan untuk menutup dan mengalihkan arus. Mulai dari Kepolisian Resor Bondowoso, Kodim 0822 Bondowoso, Satpol PP, dan Dinas Perhubungan Dishub Bondowoso. Kanit Dikyasa Satlantas Polres Bondowoso IPDA Suminar mengatakan, pihaknya menjalankan tugas mengawasi kawasan physical distancing di alun-alun. “Kami tutup sementara waktu dan berjaga di empat titik. Mulai dari simpang SDN Kotakulon, simpang kantor pos, simpang BSM, dan simpang GOR Pelita. Juga ada di simpang tiga pegadaian,†ujar Suminar. Sebanyak 25 personel kepolisian disiagakan dalam pengamanan dan pengawasan, minggu pagi kemarin. “Kami tutup sementara untuk menghindari aktivitas car free day terlebih dahulu dari kerumunan warga. Juga sesuai surat edaran peraturan bupati perbup mengenai pencegahan dan penyebaran klaster akhir tahun 2020 dan awal tahun 2021,†imbuh Suminar kepada Jawa Pos Radar Ijen. Namun, meski sudah diberi papan jalan tanda ditutup, tak jarang pengendara bermotor yang ingin menerobos penutupan jalan. Dengan berbagai alasan, walaupun jaraknya dekat. BONDOWOSO, – Alun-Alun RBA Ki Ronggo Bondowoso tampak lengang di hari Minggu perdana awal 2021. Empat ruas jalan utama disekat. Yakni Jl. Amir Kusnan Monumen Gerbong Maut, Jl. Jaksa Agung Suprapto depan Lapas Kelas II B Bondowoso, Jl. Letnan Karsono Bank Jatim Bondowoso, dan jalan depan Masjid Agung At Taqwa. Empat ruas jalan di jantung kota itu ditutup mulai pukul hingga Gabungan aparat keamanan diterjunkan untuk menutup dan mengalihkan arus. Mulai dari Kepolisian Resor Bondowoso, Kodim 0822 Bondowoso, Satpol PP, dan Dinas Perhubungan Dishub Bondowoso. Kanit Dikyasa Satlantas Polres Bondowoso IPDA Suminar mengatakan, pihaknya menjalankan tugas mengawasi kawasan physical distancing di alun-alun. “Kami tutup sementara waktu dan berjaga di empat titik. Mulai dari simpang SDN Kotakulon, simpang kantor pos, simpang BSM, dan simpang GOR Pelita. Juga ada di simpang tiga pegadaian,†ujar Suminar. Sebanyak 25 personel kepolisian disiagakan dalam pengamanan dan pengawasan, minggu pagi kemarin. “Kami tutup sementara untuk menghindari aktivitas car free day terlebih dahulu dari kerumunan warga. Juga sesuai surat edaran peraturan bupati perbup mengenai pencegahan dan penyebaran klaster akhir tahun 2020 dan awal tahun 2021,†imbuh Suminar kepada Jawa Pos Radar Ijen. Namun, meski sudah diberi papan jalan tanda ditutup, tak jarang pengendara bermotor yang ingin menerobos penutupan jalan. Dengan berbagai alasan, walaupun jaraknya dekat. BONDOWOSO, – Alun-Alun RBA Ki Ronggo Bondowoso tampak lengang di hari Minggu perdana awal 2021. Empat ruas jalan utama disekat. Yakni Jl. Amir Kusnan Monumen Gerbong Maut, Jl. Jaksa Agung Suprapto depan Lapas Kelas II B Bondowoso, Jl. Letnan Karsono Bank Jatim Bondowoso, dan jalan depan Masjid Agung At Taqwa. Empat ruas jalan di jantung kota itu ditutup mulai pukul hingga Gabungan aparat keamanan diterjunkan untuk menutup dan mengalihkan arus. Mulai dari Kepolisian Resor Bondowoso, Kodim 0822 Bondowoso, Satpol PP, dan Dinas Perhubungan Dishub Bondowoso. Kanit Dikyasa Satlantas Polres Bondowoso IPDA Suminar mengatakan, pihaknya menjalankan tugas mengawasi kawasan physical distancing di alun-alun. “Kami tutup sementara waktu dan berjaga di empat titik. Mulai dari simpang SDN Kotakulon, simpang kantor pos, simpang BSM, dan simpang GOR Pelita. Juga ada di simpang tiga pegadaian,†ujar Suminar. Sebanyak 25 personel kepolisian disiagakan dalam pengamanan dan pengawasan, minggu pagi kemarin. “Kami tutup sementara untuk menghindari aktivitas car free day terlebih dahulu dari kerumunan warga. Juga sesuai surat edaran peraturan bupati perbup mengenai pencegahan dan penyebaran klaster akhir tahun 2020 dan awal tahun 2021,†imbuh Suminar kepada Jawa Pos Radar Ijen. Namun, meski sudah diberi papan jalan tanda ditutup, tak jarang pengendara bermotor yang ingin menerobos penutupan jalan. Dengan berbagai alasan, walaupun jaraknya dekat.
BONDOWOSO, – Hiasan berbentuk burung garuda, naga, hingga ular terlihat menawan dipadukan dengan kendaraan roda dua yang ditarik menggunakan kuda. Ya, ketika sore hari pemandangan tersebut selalu tersaji di pusat kota Bumi Ki Ronggo. Sejumlah delman itu merupakan salah satu wisata yang dikenal dengan nama Bendi Wisata Bondowoso. Biasanya bendi-bendi wisata ini mulai beroperasi dari sore hari, kemudian berhenti pada malam hari. Berbagai lika-liku ternyata sudah mereka alami dari awal hingga saat ini. Termasuk harus menghadapi kerasnya hantaman pandemi Covid-19. Biasanya, dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung, bendi wisata itu akan memutari alun-alun sebagai rute utama. Tapi, setelah adanya pandemi, tidak jarang mereka harus mengubah rute sehingga lebih jauh, akibat dari penutupan alun-alun yang sering dilakukan beberapa waktu terakhir. Misnawi, 52, Ketua Paguyuban Bendi Wisata Bondowoso, menjelaskan, pendapatan mereka dari melayani pengunjung yang ingin naik delman tersebut berkurang saat pandemi. Pasalnya, dalam satu hari beroperasi, mereka hanya bisa menghasilkan maksimal Rp 100 ribu. Bahkan tidak jarang, penghasilan mereka berada di bawah angka tersebut. “Kalau pendapatan keuangan jauh berkurang memang,” katanya ketika dikonfirmasi Jawa Pos Radar Ijen. Tak hanya itu, menurut Misnawi, dalam beberapa bulan terakhir mereka sempat tidak dapat beroperasi. Mengingat alun-alun ditutup total akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat PPKM. Beruntung, saat ini penutupan alun-alun hanya dilakukan pada malam hari. Jadi, mereka tetap bisa beroperasi, walaupun pada malam hari harus mengganti rute yang biasa mereka lewati. Jika alun-alun ditutup, biasa mereka beroperasi ke arah barat. Melalui Kelurahan Badean, Kota Kulon, dan kembali ke tempat awal di selatan alun-alun atau di depan Masjid Agung At Taqwa. “Ya, alhamdulillah masih bisa beroperasi,” tutur pria asal Desa Kajar ini. Untuk dapat menikmati sensasi menaiki bendi wisata, pengunjung cukup membayar dengan tarif Rp 30 ribu untuk dua kali putaran. Baik mengelilingi alun-alun ataupun melalui jalur Pekauman hingga Kota Kulon. “Sama, Rp 30 ribu untuk dua putaran,” cetusnya. Paguyuban Bendi Wisata, menurut Misnawi, juga sudah melakukan antisipasi terkait kotoran kuda hingga sisa pakan kuda. Biasanya, mereka menyediakan wadah khusus untuk kotorannya. Hal itu dinilai sebagai wujud upaya menjaga lingkungan tetap bersih. “Dari dulu memang dibentuk kebersihannya. Selalu dijaga,” pungkasnya. c2/lin BONDOWOSO, – Hiasan berbentuk burung garuda, naga, hingga ular terlihat menawan dipadukan dengan kendaraan roda dua yang ditarik menggunakan kuda. Ya, ketika sore hari pemandangan tersebut selalu tersaji di pusat kota Bumi Ki Ronggo. Sejumlah delman itu merupakan salah satu wisata yang dikenal dengan nama Bendi Wisata Bondowoso. Biasanya bendi-bendi wisata ini mulai beroperasi dari sore hari, kemudian berhenti pada malam hari. Berbagai lika-liku ternyata sudah mereka alami dari awal hingga saat ini. Termasuk harus menghadapi kerasnya hantaman pandemi Covid-19. Biasanya, dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung, bendi wisata itu akan memutari alun-alun sebagai rute utama. Tapi, setelah adanya pandemi, tidak jarang mereka harus mengubah rute sehingga lebih jauh, akibat dari penutupan alun-alun yang sering dilakukan beberapa waktu terakhir. Misnawi, 52, Ketua Paguyuban Bendi Wisata Bondowoso, menjelaskan, pendapatan mereka dari melayani pengunjung yang ingin naik delman tersebut berkurang saat pandemi. Pasalnya, dalam satu hari beroperasi, mereka hanya bisa menghasilkan maksimal Rp 100 ribu. Bahkan tidak jarang, penghasilan mereka berada di bawah angka tersebut. “Kalau pendapatan keuangan jauh berkurang memang,” katanya ketika dikonfirmasi Jawa Pos Radar Ijen. Tak hanya itu, menurut Misnawi, dalam beberapa bulan terakhir mereka sempat tidak dapat beroperasi. Mengingat alun-alun ditutup total akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat PPKM. Beruntung, saat ini penutupan alun-alun hanya dilakukan pada malam hari. Jadi, mereka tetap bisa beroperasi, walaupun pada malam hari harus mengganti rute yang biasa mereka lewati. Jika alun-alun ditutup, biasa mereka beroperasi ke arah barat. Melalui Kelurahan Badean, Kota Kulon, dan kembali ke tempat awal di selatan alun-alun atau di depan Masjid Agung At Taqwa. “Ya, alhamdulillah masih bisa beroperasi,” tutur pria asal Desa Kajar ini. Untuk dapat menikmati sensasi menaiki bendi wisata, pengunjung cukup membayar dengan tarif Rp 30 ribu untuk dua kali putaran. Baik mengelilingi alun-alun ataupun melalui jalur Pekauman hingga Kota Kulon. “Sama, Rp 30 ribu untuk dua putaran,” cetusnya. Paguyuban Bendi Wisata, menurut Misnawi, juga sudah melakukan antisipasi terkait kotoran kuda hingga sisa pakan kuda. Biasanya, mereka menyediakan wadah khusus untuk kotorannya. Hal itu dinilai sebagai wujud upaya menjaga lingkungan tetap bersih. “Dari dulu memang dibentuk kebersihannya. Selalu dijaga,” pungkasnya. c2/lin BONDOWOSO, – Hiasan berbentuk burung garuda, naga, hingga ular terlihat menawan dipadukan dengan kendaraan roda dua yang ditarik menggunakan kuda. Ya, ketika sore hari pemandangan tersebut selalu tersaji di pusat kota Bumi Ki Ronggo. Sejumlah delman itu merupakan salah satu wisata yang dikenal dengan nama Bendi Wisata Bondowoso. Biasanya bendi-bendi wisata ini mulai beroperasi dari sore hari, kemudian berhenti pada malam hari. Berbagai lika-liku ternyata sudah mereka alami dari awal hingga saat ini. Termasuk harus menghadapi kerasnya hantaman pandemi Covid-19. Biasanya, dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung, bendi wisata itu akan memutari alun-alun sebagai rute utama. Tapi, setelah adanya pandemi, tidak jarang mereka harus mengubah rute sehingga lebih jauh, akibat dari penutupan alun-alun yang sering dilakukan beberapa waktu terakhir. Misnawi, 52, Ketua Paguyuban Bendi Wisata Bondowoso, menjelaskan, pendapatan mereka dari melayani pengunjung yang ingin naik delman tersebut berkurang saat pandemi. Pasalnya, dalam satu hari beroperasi, mereka hanya bisa menghasilkan maksimal Rp 100 ribu. Bahkan tidak jarang, penghasilan mereka berada di bawah angka tersebut. “Kalau pendapatan keuangan jauh berkurang memang,” katanya ketika dikonfirmasi Jawa Pos Radar Ijen. Tak hanya itu, menurut Misnawi, dalam beberapa bulan terakhir mereka sempat tidak dapat beroperasi. Mengingat alun-alun ditutup total akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat PPKM. Beruntung, saat ini penutupan alun-alun hanya dilakukan pada malam hari. Jadi, mereka tetap bisa beroperasi, walaupun pada malam hari harus mengganti rute yang biasa mereka lewati. Jika alun-alun ditutup, biasa mereka beroperasi ke arah barat. Melalui Kelurahan Badean, Kota Kulon, dan kembali ke tempat awal di selatan alun-alun atau di depan Masjid Agung At Taqwa. “Ya, alhamdulillah masih bisa beroperasi,” tutur pria asal Desa Kajar ini. Untuk dapat menikmati sensasi menaiki bendi wisata, pengunjung cukup membayar dengan tarif Rp 30 ribu untuk dua kali putaran. Baik mengelilingi alun-alun ataupun melalui jalur Pekauman hingga Kota Kulon. “Sama, Rp 30 ribu untuk dua putaran,” cetusnya. Paguyuban Bendi Wisata, menurut Misnawi, juga sudah melakukan antisipasi terkait kotoran kuda hingga sisa pakan kuda. Biasanya, mereka menyediakan wadah khusus untuk kotorannya. Hal itu dinilai sebagai wujud upaya menjaga lingkungan tetap bersih. “Dari dulu memang dibentuk kebersihannya. Selalu dijaga,” pungkasnya. c2/lin
BONDOWOSO, – Hari pertama puasa, sejumlah petugas gabungan di Bondowoso langsung tancap gas untuk operasi yustisi. Fokusnya yaitu pemuda-pemudi yang tidak memakai masker di Alun-Alun Bondowoso, kemarin 3/4. Baca Juga  Larang Pemakaian Ponsel, Sistem Pendidikan Tetap Salaf Operasi dilakukan untuk memberikan peringatan kepada sejumlah pemuda yang tidak memakai masker. Pantauan Jawa Pos Radar Ijen, pada hari pertama buka puasa tersebut, Alun-Alun Bondowoso menjadi sasaran para pemuda untuk menghabiskan waktu malamnya setelah berbuka puasa. Tidak sedikit mereka yang melepas masker. Anggota Koramil Pujer, Serda Syahpudin mengatakan, operasi tersebut dilakukan setiap malam. “Tapi tempatnya berbeda-beda,” terangnya. Selain itu, operasi tersebut dilakukan untuk mendisiplinkan masyarakat dalam menjaga diri dari virus Covid-19 yang masih belum punah di Bondowoso. Operasi yang dilakukan setiap malam itu juga dilakukan anggota Polres Bondowoso, TNI, dan satpol PP. “Biasanya lengkap sama BPBD dan tim kesehatan. Tapi, kalau malam tidak hadir. Mungkin ada halangan,” terangnya. Pendisiplinan pemakaian masker tersebut tidak hanya pada pembeli yang nongkrong. Tetapi juga dilakukan pemeriksaan pada pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar Alun-Alun Bondowoso. Terdapat sejumlah pemuda yang saat itu diinterogasi oleh petugas operasi gabungan tersebut. Di antaranya Ubaydillah, warga asal Desa Pekalangan, Kecamatan Tenggarang. Dirinya mengaku, saat berangkat lupa untuk membawa masker. “Lupa bawa masker,†ucapnya. mg5/c2/dwi BONDOWOSO, – Hari pertama puasa, sejumlah petugas gabungan di Bondowoso langsung tancap gas untuk operasi yustisi. Fokusnya yaitu pemuda-pemudi yang tidak memakai masker di Alun-Alun Bondowoso, kemarin 3/4. Baca Juga  Larang Pemakaian Ponsel, Sistem Pendidikan Tetap Salaf Operasi dilakukan untuk memberikan peringatan kepada sejumlah pemuda yang tidak memakai masker. Pantauan Jawa Pos Radar Ijen, pada hari pertama buka puasa tersebut, Alun-Alun Bondowoso menjadi sasaran para pemuda untuk menghabiskan waktu malamnya setelah berbuka puasa. Tidak sedikit mereka yang melepas masker. Anggota Koramil Pujer, Serda Syahpudin mengatakan, operasi tersebut dilakukan setiap malam. “Tapi tempatnya berbeda-beda,” terangnya. Selain itu, operasi tersebut dilakukan untuk mendisiplinkan masyarakat dalam menjaga diri dari virus Covid-19 yang masih belum punah di Bondowoso. Operasi yang dilakukan setiap malam itu juga dilakukan anggota Polres Bondowoso, TNI, dan satpol PP. “Biasanya lengkap sama BPBD dan tim kesehatan. Tapi, kalau malam tidak hadir. Mungkin ada halangan,” terangnya. Pendisiplinan pemakaian masker tersebut tidak hanya pada pembeli yang nongkrong. Tetapi juga dilakukan pemeriksaan pada pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar Alun-Alun Bondowoso. Terdapat sejumlah pemuda yang saat itu diinterogasi oleh petugas operasi gabungan tersebut. Di antaranya Ubaydillah, warga asal Desa Pekalangan, Kecamatan Tenggarang. Dirinya mengaku, saat berangkat lupa untuk membawa masker. “Lupa bawa masker,†ucapnya. mg5/c2/dwi BONDOWOSO, – Hari pertama puasa, sejumlah petugas gabungan di Bondowoso langsung tancap gas untuk operasi yustisi. Fokusnya yaitu pemuda-pemudi yang tidak memakai masker di Alun-Alun Bondowoso, kemarin 3/4. Baca Juga  Larang Pemakaian Ponsel, Sistem Pendidikan Tetap Salaf Operasi dilakukan untuk memberikan peringatan kepada sejumlah pemuda yang tidak memakai masker. Pantauan Jawa Pos Radar Ijen, pada hari pertama buka puasa tersebut, Alun-Alun Bondowoso menjadi sasaran para pemuda untuk menghabiskan waktu malamnya setelah berbuka puasa. Tidak sedikit mereka yang melepas masker. Anggota Koramil Pujer, Serda Syahpudin mengatakan, operasi tersebut dilakukan setiap malam. “Tapi tempatnya berbeda-beda,” terangnya. Selain itu, operasi tersebut dilakukan untuk mendisiplinkan masyarakat dalam menjaga diri dari virus Covid-19 yang masih belum punah di Bondowoso. Operasi yang dilakukan setiap malam itu juga dilakukan anggota Polres Bondowoso, TNI, dan satpol PP. “Biasanya lengkap sama BPBD dan tim kesehatan. Tapi, kalau malam tidak hadir. Mungkin ada halangan,” terangnya. Pendisiplinan pemakaian masker tersebut tidak hanya pada pembeli yang nongkrong. Tetapi juga dilakukan pemeriksaan pada pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar Alun-Alun Bondowoso. Terdapat sejumlah pemuda yang saat itu diinterogasi oleh petugas operasi gabungan tersebut. Di antaranya Ubaydillah, warga asal Desa Pekalangan, Kecamatan Tenggarang. Dirinya mengaku, saat berangkat lupa untuk membawa masker. “Lupa bawa masker,†ucapnya. mg5/c2/dwi
BONDOWOSO, – Satgas Penanganan Covid-19 Bondowoso kembali memperketat jantung kota Bondowoso. Tepatnya wilayah Alun-Alun RBA Ki Ronggo. Plus titik-titik yang menjadi tempat kerumunan warga. Hal ini dilakukan menyusul adanya peningkatan drastis kasus warga yang terkonfirmasi Covid-19 dalam sepekan terakhir. Kabag Ops Polres Bondowoso AKP Agustinus Robby Hartanto menerangkan, alun-alun ditutup pada hari senin hingga Jumat pukul sampai WIB. Sedangkan pada hari Sabtu-Minggu, alun-alun ditutup pada pukul pagi, guna mencegah adanya aktivitas car free day. “Di tempat kumpul massa seperti alun-alun, kafe, pertokoan, dan tempat keramaian lainnya,” katanya. Tak hanya melakukan penyekatan dan penutupan di alun-alun, pihaknya bersama TNI, satpol PP, Dishub, dan BPBD Bondowoso juga mengintensifkan operasi yustisi di beberapa titik. “Sampai mereda lagi. Walau sebenarnya kegiatan ini sudah pernah dilakukan, beberapa waktu lalu. Cuma, kali ini lebih kami intensifkan agar tidak ada ledakan Covid-19,” paparnya. Adapun pengetatan dilakukan pada Senin-Jumat dengan cara melakukan penyekatan di pagi hari sejak pukul hingga WIB. Penyekatan dilakukan di enam titik. Yakni di simpang tiga YIMA, simpang tiga Desa Koncer, Bundaran Nangkaan, simpang empat Stadion Magenda, simpang tiga SMP Negeri 7, dan simpang tiga Radio Romantika. “Kalau Sabtu dan Minggu, alun-alun kami tutup pagi agar tidak ada kegiatan car free day,” lanjutnya. Informasi dihimpun, tim satgas penanganan Covid-19 sebelumnya telah melakukan rapat teknis soal pembahasan revisi Peraturan Bupati Nomor 107 Tahun 2020. Hal tersebut dilakukan karena semakin banyaknya korban. Pemerintah harus punya dasar hukum yang jelas agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Bahkan, pemerintah tengah membahas mengenai revisi peraturan soal kegiatan pengajian, pengajian rutin, salawatan, haul/haul akbar, kifayah, serta kegiatan lainnya yang menghadirkan jamaah untuk sementara ditiadakan. Jurnalis Muchammad Ainul Budi Fotografer Muchammad Ainul Budi Editor Solikhul Huda BONDOWOSO, – Satgas Penanganan Covid-19 Bondowoso kembali memperketat jantung kota Bondowoso. Tepatnya wilayah Alun-Alun RBA Ki Ronggo. Plus titik-titik yang menjadi tempat kerumunan warga. Hal ini dilakukan menyusul adanya peningkatan drastis kasus warga yang terkonfirmasi Covid-19 dalam sepekan terakhir. Kabag Ops Polres Bondowoso AKP Agustinus Robby Hartanto menerangkan, alun-alun ditutup pada hari senin hingga Jumat pukul sampai WIB. Sedangkan pada hari Sabtu-Minggu, alun-alun ditutup pada pukul pagi, guna mencegah adanya aktivitas car free day. “Di tempat kumpul massa seperti alun-alun, kafe, pertokoan, dan tempat keramaian lainnya,” katanya. Tak hanya melakukan penyekatan dan penutupan di alun-alun, pihaknya bersama TNI, satpol PP, Dishub, dan BPBD Bondowoso juga mengintensifkan operasi yustisi di beberapa titik. “Sampai mereda lagi. Walau sebenarnya kegiatan ini sudah pernah dilakukan, beberapa waktu lalu. Cuma, kali ini lebih kami intensifkan agar tidak ada ledakan Covid-19,” paparnya. Adapun pengetatan dilakukan pada Senin-Jumat dengan cara melakukan penyekatan di pagi hari sejak pukul hingga WIB. Penyekatan dilakukan di enam titik. Yakni di simpang tiga YIMA, simpang tiga Desa Koncer, Bundaran Nangkaan, simpang empat Stadion Magenda, simpang tiga SMP Negeri 7, dan simpang tiga Radio Romantika. “Kalau Sabtu dan Minggu, alun-alun kami tutup pagi agar tidak ada kegiatan car free day,” lanjutnya. Informasi dihimpun, tim satgas penanganan Covid-19 sebelumnya telah melakukan rapat teknis soal pembahasan revisi Peraturan Bupati Nomor 107 Tahun 2020. Hal tersebut dilakukan karena semakin banyaknya korban. Pemerintah harus punya dasar hukum yang jelas agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Bahkan, pemerintah tengah membahas mengenai revisi peraturan soal kegiatan pengajian, pengajian rutin, salawatan, haul/haul akbar, kifayah, serta kegiatan lainnya yang menghadirkan jamaah untuk sementara ditiadakan. Jurnalis Muchammad Ainul Budi Fotografer Muchammad Ainul Budi Editor Solikhul Huda BONDOWOSO, – Satgas Penanganan Covid-19 Bondowoso kembali memperketat jantung kota Bondowoso. Tepatnya wilayah Alun-Alun RBA Ki Ronggo. Plus titik-titik yang menjadi tempat kerumunan warga. Hal ini dilakukan menyusul adanya peningkatan drastis kasus warga yang terkonfirmasi Covid-19 dalam sepekan terakhir. Kabag Ops Polres Bondowoso AKP Agustinus Robby Hartanto menerangkan, alun-alun ditutup pada hari senin hingga Jumat pukul sampai WIB. Sedangkan pada hari Sabtu-Minggu, alun-alun ditutup pada pukul pagi, guna mencegah adanya aktivitas car free day. “Di tempat kumpul massa seperti alun-alun, kafe, pertokoan, dan tempat keramaian lainnya,” katanya. Tak hanya melakukan penyekatan dan penutupan di alun-alun, pihaknya bersama TNI, satpol PP, Dishub, dan BPBD Bondowoso juga mengintensifkan operasi yustisi di beberapa titik. “Sampai mereda lagi. Walau sebenarnya kegiatan ini sudah pernah dilakukan, beberapa waktu lalu. Cuma, kali ini lebih kami intensifkan agar tidak ada ledakan Covid-19,” paparnya. Adapun pengetatan dilakukan pada Senin-Jumat dengan cara melakukan penyekatan di pagi hari sejak pukul hingga WIB. Penyekatan dilakukan di enam titik. Yakni di simpang tiga YIMA, simpang tiga Desa Koncer, Bundaran Nangkaan, simpang empat Stadion Magenda, simpang tiga SMP Negeri 7, dan simpang tiga Radio Romantika. “Kalau Sabtu dan Minggu, alun-alun kami tutup pagi agar tidak ada kegiatan car free day,” lanjutnya. Informasi dihimpun, tim satgas penanganan Covid-19 sebelumnya telah melakukan rapat teknis soal pembahasan revisi Peraturan Bupati Nomor 107 Tahun 2020. Hal tersebut dilakukan karena semakin banyaknya korban. Pemerintah harus punya dasar hukum yang jelas agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Bahkan, pemerintah tengah membahas mengenai revisi peraturan soal kegiatan pengajian, pengajian rutin, salawatan, haul/haul akbar, kifayah, serta kegiatan lainnya yang menghadirkan jamaah untuk sementara ditiadakan. Jurnalis Muchammad Ainul Budi Fotografer Muchammad Ainul Budi Editor Solikhul Huda
alun alun bondowoso malam hari