amalan ilmu nyi mas gandasari
Karenapunya kesaktian tinggi, Nyi Mas Gandasari mensyaratkan calon suaminya harus mampu mengalahkan ilmunya. Tak ada yang berhasil, hingga muncul Syarif Syam (Rully Frans) dari Syria yang datang hendak berguru pada Sunan Gunung Jati. Ia berhasil mengalahkan Nyi Mas Gandasari dan mempersunting wanita itu. Konon, perkawinan dan kehidupan rumah
Duweilmu ingkang nyata Kanggo sangu balik kita Duwe ati adepna Akal ma’rifat temenana Tuhanku, wahai tuhanku, yang maha mendengar doa kami, dengan berkah kebesarannya Nyi Lodaya, Kabulkanlah do’a kami Tuhanku, wahai tuhanku, yang maha mendengar doa kami, dengan berkah kebesarannya Fatimah Gandasari, Kabulkanlah do’a kami
PORTALMAJALENGKA - Nyi Mas Gandasari adalah salah satu murid Sunan Gunung Jati yang sangat sakti.. Salah satu murid Sunan Gunung Jati, Nyimas Gandasari memiliki ilmu kesaktian yang luar biasa sehingga dipercaya menjadi panglima perang Kesultanan Cirebon.. Sejarah tentang asal-usul dari Nyimas Gandasari murid Sunan Gunung Jati ini sangat dramatis.
ManaqibSyekh Mustaqim bin Muhammad Husein sebagai pendiri Pondok PETA, Tulungagung, tentu tidak bisa dipisahkan dengan peristiwa hijrahnya kakek beliau yang bernama Mbah Kyai Rd. Abdul Jalil bin asy Syekh Rd. Muhammad Arifan/Rd. Abdul Ghofur/ Rd. Mas Ajeng Sumaranten/Eyang Arifan bin Rd. Dalem Jaksa Malangbong dari tanah Sunda ke Jawa Timur
Tawassulsecara bahasa artinya perantara dan mendekatkan diri. Disebutkan dalam firman Allah SWT: يآأَيهاَ الذِيْنَ آمَنُوا اتقُوا اللهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ gt; "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, " (Al-Maidah:35).
Süddeutsche Zeitung Heirats Und Bekanntschaften Suche. ArticlePDF AvailableAbstractZiarah makam adalah salah satu bentuk budaya atau adat istiadat bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Ziarah makam dilakukan dengan mengunjungi makam wali, para ulama, dan juga makam keluarga. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mempelajari atau menganalisis terkait dengan tradisi masyarakat yang masih melestarikan tradisi ziarah ke makam Nyi Mas Gandasari. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, fenomena yang diamati adalah kebiasaan masyarakat yang telah diturunkan dari leluhur terkait dengan ziarah ke makam Nyi Mas Gandasari. MHasil dan diskusi dalam penelitian ini. Pertama, terkait dengan sejarah makam Nyi Mas Gandasari, yang di klaim sebagai salah satu tempat persinggahan atau tempat pertapaan wali Allah ketika menyebarkan Islam di Cirebon. Jadi disitulah tempat peristirahatan terakhir Nyi Mas Gandasari. Kedua, selain bertujuan untuk mendoakan sang mayit, peziarah datang dengan motivasi yang berbeda-beda, seperti ingin meminta kesembuhan dari penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh medis, membawa harapan agar segera dipertemukan oleh jodohnya, ingin mendapat ketenangan, ingin usahanya lancar, pekerjaannya lancar, dll. Ketiga, bentuk-bentuk perilaku keagamaan peziarah terekspresikan ke dalam cara mereka mendoakan sang mayit, seperti tahlilan, istighosah, berdo’a, dll. Masyarakat Desa Panguragan pun masih melestarikan tradisi-tradisi lainnya, seperti muludan, ruwatan desa, hingga rutin berziarah ke makam Nyi Mas Gandasari. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Yaqzhan, Vol. 07 No. 02, Desember 2021 Available online at Published by Departement of Aqeedah and Islamic Philosophy, Faculty of Ushuluddin, Adab and Dakwah IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Indonesia Copyright 2021 Author. Published by Jurnal Yaqzhan STUDI TINDAKAN SOSIAL TRADISI ZIARAH MAKAM NYI MAS GANDASARI DI DESA PANGURAGAN KABUPATEN CIREBON SOCIAL ACTION STUDY THE TRADITION OF A VISIT TO NYI MAS GANDASARI SANCTUARY IN PANGURAGAN VILLAGE, CIREBON Maharani1 maharanisafitri95 IAIN Syekh Nurjati Cirebon Ahmad Asmuni2 ahmadasmuni1158 IAIN Syekh Nurjati Cirebon Burhanudin Sanusi3 burhanudin_sanusi IAIN Syekh Nurjati Cirebon ABSTRAK Ziarah makam adalah salah satu bentuk budaya atau adat istiadat bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Ziarah makam dilakukan dengan mengunjungi makam wali, para ulama, dan juga makam keluarga. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mempelajari atau menganalisis terkait dengan tradisi masyarakat yang masih melestarikan tradisi ziarah ke makam Nyi Mas Gandasari. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, fenomena yang diamati adalah kebiasaan masyarakat yang telah diturunkan dari leluhur terkait dengan ziarah ke makam Nyi Mas Gandasari. MHasil dan diskusi dalam penelitian ini. Pertama, terkait dengan sejarah makam Nyi Mas Gandasari, yang di klaim sebagai salah satu tempat persinggahan atau tempat pertapaan wali Allah ketika menyebarkan Islam di Cirebon. Jadi disitulah tempat peristirahatan terakhir Nyi Mas Gandasari. Kedua, selain bertujuan untuk mendoakan sang mayit, peziarah datang dengan motivasi yang berbeda-beda, seperti ingin meminta kesembuhan dari penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh medis, membawa harapan agar segera dipertemukan oleh jodohnya, ingin mendapat ketenangan, ingin usahanya lancar, pekerjaannya lancar, dll. Ketiga, bentuk-bentuk perilaku keagamaan peziarah terekspresikan ke dalam cara mereka mendoakan sang mayit, seperti tahlilan, istighosah, berdo’a, dll. Masyarakat Desa Panguragan pun masih melestarikan tradisi-tradisi lainnya, seperti muludan, ruwatan desa, hingga rutin berziarah ke makam Nyi Mas Gandasari. Kata Kunci Ziarah, Makam, Nyi Mas Gandasari. ABSTRACT Tomb pilgrimage is a form of culture or customs for some people in Indonesia. Tomb pilgrimages are carried out by visiting the graves of guardians, scholars, and also family graves. This study aims to study or analyze the traditions of the people who still preserve the tradition of pilgrimage to the tomb of Nyi Mas Gandasari. This study uses a qualitative descriptive method, the observed phenomenon is the habits of the people that have been passed down from their ancestors related to the pilgrimage to the tomb of Nyi Mas Gandasari. Results and discussion in this study. First, it is related to the history of Nyi Mas Gandasari's tomb, which is claimed to be a stopover or hermitage place for the guardian of Allah when spreading Islam in Cirebon. So that's where Nyi Mas Gandasari's final resting place is. Second, besides aiming to pray for the deceased, pilgrims come with different motivations, such as wanting to ask for healing from a disease that cannot be cured by medical treatment, bringing hope that their soul mate will soon meet their soul mate, wanting to find peace, wanting their business to run smoothly, work smoothly, etc. Third, the forms of religious behavior of pilgrims are expressed in the way they pray for the deceased, such as YAQZHAN Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 231 tahlilan, istighosah, prayer, etc. The community of Panguragan village also still preserves other traditions, such as muludan, village ruwatan, to routine pilgrimages to the grave of Nyi Mas Gandasari. Keyword Pilgrimage, Tomb, Nyi Mas Gandasari. A. PENDAHULUAN Tradisi ialah suatu kebiasaan yang dilakukan sejak lama dan secara terus menerus menjadi kehidupan masyarakat sampai saat ini. Tradisi merupakan kegiatan suatu kelompok masyarakat yang dilakukan berulang-ulang dan langgeng sifatnya. Tradisi secara umum dipahami sebagai pengetahuan, doktrin, kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun termasuk cara penyampaian pengetahuan, doktrin dan praktek kelompok mempunyai tradisi yang berbeda. Hal ini didasarkan pada karakter masing-masing kelompok yang berbeda pula. Tradisi ada kalanya terbentuk oleh lingkungan di mana tradisi berada dan sudah terbentuk, kemudian diteruskan masyarakat karena hal tersebut merupakan peninggalan nenek moyang ini biasanya berhubungan erat dengan unsur kepercayaan atau keagamaan yang memiliki makna moral yang penting. Biasanya dilakukan ditempat yang suci dan penting bagi keyakinan dan iman yang bersangkutan. Tradisi di Indonesia, khususnya di masyarakat Jawa, merupakan sesuatu yang dianggap sakral, sehingga tradisi sangat dihormati serta dipertahankan oleh sebagian besar masyarakat Jawa. Sebagai contoh adalah tradisi ziarah makam yang ada di Jawa, tradisi tersebut dipertahankan karena masyarakat Jawa meyakini bahwa makam merupakan sebuah tempat suci yang mengandung aura yang berbeda dengan kekuatan tempat lainnya, sehingga penghormatan yang diberikan tentunya juga dapat berbeda-beda. Ziarah makam merupakan tradisi yang telah mengakar pada masa pra-Islam dan kemudian berkembang sedemikian rupa ketika Islam berkembang di Nusantara. Ada relevansi ziarah makam wali dengan ziarah ke candi atau tempat lain pada masa pra-Islam. Ziarah makam tidak hanya merujuk pada ziarah makam wali atau tokoh agama, tetapi juga ziarah makam orang tua, pahlawan, kerabat, dan lain-lain. Ziarah bisa juga Anisatun Muti‟ah, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia Jakarta Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2009. Ahmad Amin, Ilmu Akhlak Jakarta Bulan Bintang, 1995. Nur Syam, Islam Pesisir Yogyakarta LKiS, 2005. Syam. YAQZHAN Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 232 dapat disebut sebagai ritual keagamaan karena di dalamnya mengkultuskan para leluhur atau nenek moyang yang telah garis besar, tujuan dari ziarah makam adalah untuk mengingatkan manusia bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan semua manusia akan mengalami berziarah makam dapat menjadikan diri manusia selalu mengingat akan kematian. Ziarah makam juga bisa dijadikan sebagai sarana untuk mengintropeksi diri tentang kematian yang pasti dialami oleh setiap yang berjiwa. Bagi sebagian masyarakat muslim, makam merupakan tempat yang dianggap suci dan pantas dihormati. Sebab makam merupakan tempat peristirahatan bagi arwah nenek moyang yang telah meninggal. Oleh sebabnya keberadaan makam dari tokoh tertentu dapat menimbulkan bermacam-macam daya tarik bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas ziarah dengan berbagai motivasi ziarah makam juga erat hubungannya dengan kharisma leluhur yang makamnya banyak dikunjungi orang. Kharisma leluhur ini dapat diwujudkan dengan bentuk dan hiasan bangunan kubur/makam yang beraneka ragam, sesuai dengan tradisi seni bangun yang disukai atau dikuasai oleh masyarakat ini pula yang terjadi pada fenomena ziarah makam ke Nyi Mas Gandasari. Kharisma dari sosok Nyi Mas Gandasari sebagai keturunan tidak langsung alias anak angkat Sunan Gunung Jati dan merupakan seorang Putri yang dianggap mempunyai keistimewaan yang luar biasa di mana ia dahulu menjadi satu-satunya panglima perang wanita dalam sejarah berdirinya kerajaan Cirebon. Jasa dari Nyi Mas Gandasari yang paling menonjol dan dikenang oleh masyarakat adalah karena Nyi Mas Gandasari berhasil membobol benteng pertahanan kerajaan Sunda Galuh pada masa lalu. Oleh sebab itulah nama Nyi Mas Gandasari selalu dikenang dan makamnya terus dilestarikan oleh masyarakat Desa Panguragan sampai pada saat ini. M Mishabul Mujib, “Fenomena Tradisi Ziarah Lokal dalam Masyarakat Jawa Kontestasi Kesalehan, Identitas Keagamaan dan Komersial,” Ibda Jurnal Kajian Islam dan Budaya 14, no. 2 2016 204–24. Purwadi, Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual Jakarta Kompas, 2006. Bahruddin Subkhy, Bid’ah-Bid’ah di Indonesia Jakarta Gema Insani Press, 1995. Hendra Kadarusman, “Tradisi Ziarah di Makam Aria Wangsa Goparana Dan Eyamg Dalem Ranggadipa di Kabupaten Subang” UIN Sunan Gunung Djati, 2011. Feryani Umi Rosidah, Etnografi Ziarah Makam Sunan Ampel Surabaya IAIN Sunan Ampel Press, 2012. Bunaim, Juru Kunci makam Nyi Mas Gandasari, Wawancara, 27 November 2020 YAQZHAN Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 233 Ziarah makam Nyi Mas Gandasari di Desa Panguragan adalah suatu warisan leluhur yang diturunkan secara turun temurun. Ziarah makam Nyi Mas Gandasari bisa disebut dengan ziarah makam terhadap nenek moyang. Sejak zaman dahulu masyarakat Desa Panguragan sangat mempercayai keberadaan leluhur mereka dan menganggap Nyi Mas Gandasari sebagai leluhur di desa mereka. Banyak peziarah makam Nyi Mas Gandasari yang tidak hanya berasal dari masyarakat desa Panguragan itu sendiri. Namun, ada juga peziarah makam dari luar desa yang datang dari berbagai daerah lainnya. Biasanya masyarakat Desa Panguragan mengunjungi makam Nyi Mas Gandasari pada saat-saat tertentu, misalnya pada waktu ruwatan desa, masa tanam keleman atau disebut dengan sedekah bumi. Sedangkan pengunjung makam yang berasal dari luar desa, umumnya mereka datang secara pribadi terkadang juga secara inilah yang membuat peneliti tertarik melakukan sebuah studi tindakan sosial terhadap fenomena ziarah di makam Nyi Mas Gandasari, dikarenakan sampai pada saat ini tradisi ziarah makam Nyi Mas Gandasari masih tetap dijalankan oleh masyarakat peziarah, baik oleh masyarakat desa maupun luar desa. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menekankan pada tindakan sosial yang berupa bentuk perilaku dan bentuk motivasi yang dilakukan oleh peziarah. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan field research, dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu metode yang bergantung dari pengamatan kepada suatu fenomena baik dalam kawasannya maupun pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Sumber Data yang penulis peroleh ialah dari sumber data primer, yang mana data primer merupakan data yang diperoleh dari informan pertama atau pokok. Dalam hal ini peneliti menggunakan informan kuncen dan pengurus makam serta masyarakat yang berziarah ke makam Nyi Mas Gandasari. Adapun analisis data yang akan digunakan adalah dengan menggunakan teori tindakan sosial Max Weber. Arif, Kepala Desa Panguragan, Wawancara, Panguragan, 27 November 2020 Nur, Masyarakat Desa Panguragan, Wawancara, Panguragan, 28 November 2020 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D Bandung Alfabeta, 2010. YAQZHAN Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 234 C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Bentuk Perilaku Peziarah Nyi Mas Gandasari Tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Panguragan dan sekitarnya, yakni tradisi ziarah makam. Tradisi ziarah makam Nyi Mas Gandasari tersebut dilakukan dalam bentuk perpaduan antara agama dan tradisi yang sudah menjadi hukum adat di Desa Panguragan Kabupaten Cirebon. Dari perpaduan tersebut, dalam tradisi ziarah hal yang paling dominan adalah tradisi Islam Jawa yang mempunyai banyak makna di dalamnya. Hal ini senada dengan pemikiran Max Weber yang mengatakan bahwa seseorang dalam bertindak tidak hanya sekedar melaksanakan dan konsep pendekatan ini lebih mengarah pada suatu tindakan bermotif pada tujuan yang hendak hal tersebut, Max Weber bermaksud menyatakan bahwa di dalam tindakan tercakup semua perilaku manusia asalkan pelakunya menyandangkan sebuah makna subjektif pada tindakan. Itu artinya Max Weber mengacu pada anggota-anggota masyarakat secara individual yang sedang melakukan sesuatu dengan sengaja atau dengan tujuan tertentu. Dia juga mengacu pada praktek-praktek anggota lain di dalam masyarakat yang bersangkutan dalam menyandang makna pada suatu tindakan untuk membuatnya menjadi sebuah tindakan yang bermakna. Jadi, dengan teori Max Weber tersebut menunjukkan bahwa ritual ziarah makam yang dilakukan oleh masyarakat merupakan ritual yang dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan berkah dari seorang leluhur yang hidup sebelumnya yang dianggap berjasa sehingga perlu dimintai berkah dan petunjuk. Oleh sebab itu, tindakan tersebut bukanlah sekedar bertindak tapi lebih mengedepankan tujuan yang hendak dicapai, yaitu berkah. Selain itu karena dalam masyarakat Jawa masih mempunyai keyakinan-keyakinan terhadap tempat-tempat dan benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan magic seperti, makam leluhur, pohon besar dan lain adanya suatu tujuan yang hendak dicapai, terbentuklah sikap yang dimiliki oleh manusia yang menghasilkan suatu tindakan. Perilaku tersebut Alfan Biroli, Drajat Tri Kartono, dan Argyo Demartoto, “Rasionalitas Wisatawan Wisata Pilgrim Studi Fenomenologi Terhadap Wisatawan Di Kawasan Wisata Pilgrim Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang,” Jurnal Analisa Sosiologi 4, no. 2 2015 60 –74. Alis Muhlis dan Norkholis, “Analisis Tindakan Sosial Max Weber dalam Tradisi Pembacaan Kitab Mukhtashar Al-Bukhari Studi Living Hadis,” Jurnal Living Hadis 1, no. 2 2016 243–58. Agus Muriawan Putra, “Identitas dan Komodifikasi Budaya dalam Pariwisata Budaya Bali,” Analisis Pariwisata 8, no. 2 2008 7–17. Sardjuningsih, “Islam Mitos Indonesia Kajian Antropologi-Sosiologi,” Kodifikasia 9, no. 1 2015. YAQZHAN Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 235 diabstraksikan menjadi suatu norma. Norma atau kaidah berperan penting sebagai patokan tentang perilaku yang pantas. Norma itu kemudian mengatur interaksi antar manusia atau hubungan interpersonal. Tindakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat ini merupakan norma sosial yang harus dilaksanakan setiap tahunnya dengan mengundang seluruh warga desa sendiri maupun luar desa untuk berinteraksi bersama-sama dengan istighosah dan tahlil bersama. Selain teori di atas, Max Weber membagi tindakan sosial menjadi empat tipe antara lain rasionalitas instrumental, rasionalitas tujuan berorientasi, tindakan tradisional, dan tindakan efektif. Tindakan rasional instrumental merupakan tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan atau merupakan sebuah tindakan yang mencerminkan efektivitas dan efisiensi. Selanjutnya, tipe yang kedua adalah tindakan rasional berorientasi. Tindakan sosial pada tipe ini, alat-alat hanya merupakan obyek perhitungan dan pertimbangan yang sadar, tetapi tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut yang sudah menjadi nilai akhir baginya. Tradisi ziarah makam Nyi Mas Gandasari yang dilakukan oleh masyarakat adalah tradisi leluhur yang sampai sekarang dilestarikan oleh generasi-generasinya. Masyarakat melakukan ziarah makam ini sesuai dengan apa yang dahulu sudah dilakukan oleh leluhur. Hal itu menunjukkan kalau tindakan ini dalam pandangan Weber merupakan suatu tindakan yang berada pada ranah non-rasional. Maksudnya adalah bahwa tindakan sosial dalam konteks hubungan sosial didasarkan pada tradisi-tradisi yang sudah dilaksanakan oleh nenek moyang kita, demikian juga nenek moyang mereka sebelumnya, ini merupakan suatu cara yang akan berkesinambungan. Selanjutnya, tipe ketiga yaitu tindakan afektif merupakan tindakan yang dibuat-buat. Tindakan ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Misalnya dalam memenuhi simbol-simbol atau perlengkapan pada ziarah makam Nyi Mas Gandasari juga merupakan tindakan afektif yang semua orang bisa melakukannya atau memenuhinya, tapi hal itu sangat Muhlis dan Norkholis, “Analisis Tindakan Sosial Max Weber dalam Tradisi Pembacaan Kitab Mukhtashar Al-Bukhari Studi Living Hadis.” Ahmad Putra, “Konsep Agama dalam Perspektif Max Weber,” Al-AdYan 1, no. 1 2020 39–51. YAQZHAN Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 236 tidak rasional jika dilakukan. Misalnya, seperti membawakan makanan yang sudah ditentukan oleh kuncen, ketika peziarah mengharapkan sesuatu tetapi makanan yang diisyaratkan merupakan makanan yang mudah untuk didapatkan di lingkungan sekitar. Hal tersebut sangat tidak rasional karena jenis makanannya dapat dikatakan remeh, namun mempunyai pengaruh yang luar biasa, dan ketika harapan peziarah tidak terkabul maka perasaan emosional peziarah akan timbul sebagai sesuatu yang negatif. Terakhir tindakan tradisional yaitu tindakan karena kebiasaan yang bertindak yang berkembang di masa lampau. Misalnya masyarakat dalam mengunjungi makam Nyi Mas Gandasari hanya berdasarkan pada tradisi-tradisi leluhur yang harus dilestarikan. Walaupun waktu terus berjalan sedemikian rupa atau yang kini biasa disebut sebagai era modern dalam artian zaman yang penuh dengan kecanggihan, tradisi ziarah makam Nyi Mas Gandasari masih tetap eksis sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat Desa Panguragan secara turun temurun. Adat-istiadat atau tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Desa Panguragan merupakan suatu kekayaan budaya, kebangsaan, dan berfungsi sebagai perendah hati dan cermin kepribadian suatu masyarakat atau suku adat sebagai identitas diri yang tak patut luntur tergerus zaman. Komunitas masyarakat memang harus memiliki identitas diri yang merupakan karakter dan jati diri agar mereka dapat diakui dan dihargai oleh lingkungannya. Sesuai dengan perkembangan zaman, rakyat biasapun sudah banyak yang berziarah ke makam-makam keluarganya yang telah meninggal. Pelaksanaan dan tata caranya juga telah banyak mengalami pergeseran. Hal itu terkait dengan sifat kebudayaan yang selalu berkembang dan mengalami perubahan zaman. Pada dasarnya pelaksanaan ziarah makam yang dijalankan oleh para pendukungnya memperlihatkan bahwa sistem pemujaan leluhur masih tetap hidup dan berkembang dalam kehidupan sosial Motivasi Peziarah Makam Nyi Mas Gandasari Motivasi secara etimologi dapat dikatakan sebagai sesuatu atau alasan yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan atau perbuatan. Kata motivasi Syahdan, “Ziarah Perspektif Kajian Budaya Studi Pada Situs Makam Mbah Priuk Jakarta Utara ,” Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 13, no. 1 2017 65–99. YAQZHAN Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 237 sendiri bisa dikatakan berasal dari bahasa Inggris, yaitu motive; it is a reason for doing something alasan mengerjakan atau melakukan sesuatu. Sedangkan secara terminologi, motivasi didefinisikan sebagai tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang karena adanya dorongan atau rangsangan baik yang berasal dari dalam maupun luar orang itu. Sejalan dengan definisi di atas, ahli psikologi mengatakan bahwa motivasi bisa muncul dari dalam diri seseorang atau karena sebab atau rangsangan dari luar. Oleh sebab itu, motivasi itu sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu inner motive dan outer motive. Sesuai dengan istilahnya, inner motive merujuk kepada hal-hal yang berasal dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Artinya, seseorang itu tidak perlu menunggu ada sebab atau respon dari luar dirinya. Sedangkan, outer motive adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang. Artinya, seseorang itu melakukan sesuatu setelah menerima rangsangan atau merasakan sesuatu yang berasal dari luar diri definisi di atas, tradisi ziarah makam Nyi Mas Gandasari merupakan suatu kebiasaan yang sudah ada dan dipertahankan oleh masyarakat sekitar Desa Panguragan. Motivasi yang melatar belakangi para peziarah makam Nyi Mas Gandasari sangatlah bermacam-macam. Hal tersebut sesuai dengan apa yang telah disampaikan juru kunci makam yaitu bapak Bunaim yang mengatakan bahwa “…para peziarah di sini yang datang tujuannya berbeda-beda, tergantung dari niat dan keyakinannya masing-masing.”Dari wawancara di atas dapat dianalisis bahwa yang melatar belakangi tindakan orang-orang yang berziarah pada makam Nyi Mas Gandasari tidak bisa dikatakan homogen atau tunggal. Akan tetapi, motivasi yang melatar belakangi juga dapat bermacam-macam tergantung pada niat dan keyakinan orang yang berziarah. Secara normatif keagamaan, tujuan dari berziarah adalah agar orang yang hidup Laode Monto Bauto, “Perspektif Agama dan Kebudayaan dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia Suatu Tinjauan Sosiologi Agama,” JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial 23, no. 2 2014 11–25. Tri Andjarwati, “Motivasi dari Sudut Pandang Teori Hirarki Kebutuhan Maslow, Teori Dua Faktor Herzberg, Teori X Y Mc Gregor, dan Teori Motivasi Prestasi McClelland,” JMM17 Jurnal Ilmu Ekonomi & Manajemen 1, no. 1 2015 45–54. Rosidah, Etnografi Ziarah Makam Sunan Ampel. Wawancara dengan Kuncen, Bunaim di makam Nyi Mas Gandasari, 27 Januari 2021 pukul WIB. YAQZHAN Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 238 mengingat kematian yang akan dialami atau dihadapi kelak. Hal tersebut juga tercantum pada niat dari sebagian para peziarah makam Nyi Mas Gandasari. Salah seorang peziarah bernama Ibu Nur mengatakan “Kalau masalah niat memang bermacam-macam mbak tapi kalau untuk saya pribadi, saya dan keluarga saya kesini memang berniat untuk mendekatkan diri pada Allah dengan mengingat kematian dan itu memang sudah menjadi kebiasaan kami pada malam sabtu kliwon memang selalu kesini untuk membaca yaasin dan tahlil.”Dari wawancara tersebut dapat dianalisis bahwa tradisi ziarah makam Nyi Mas Gandasari sudah menjadi suatu agenda tersendiri dalam rutinitas keagamaan para peziarah. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Purwadi bahwa ziarah makam merupakan panggilan agama untuk mengingatkan pada dua hal, yaitu kehidupan orang yang diziarahi, dan akibat dari perbuatan yang dilakukan di hari karena itu, sampai sekarang umat muslim maupun non-muslim masih melakukan tradisi ziarah ke makam menurut kepercayaannya masing-masing. Secara sosiologis, motivasi orang untuk berziarah makam bisa dikatakan heterogen atau bermacam macam, bisa karena faktor kesehatan, faktor ekonomi dan pendidikan. Dalam hal kesehatan seperti mencari kesembuhan, mendapatkan ketenangan demi kesembuhan penyakit hati dan mendapat keselamatan dan keberkahan. Dalam hal ekonomi seperti untuk pariwisata, untuk mencari wangsit contohnya meminta nomer togel agar mendapatkan kemenangan dalam permainan togel, memenangkan proyek, dan mendapatkan pekerjaan. Dalam hal pendidikan seperti untuk penelitian ataupun untuk lulus Ujian tersebut serupa dengan apa yang terjadi di makam Nyi Mas Gandasari. Hal yang mendasari para peziarah untuk datang ke makam sangatlah beragam, selain karena tujuan normatif agama ataupun sekedar mengingat kematian, juga ada hal-hal lain yang menjadi motivasi para peziarah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, para peziarah mengatakan bahwa mereka berziarah bukan untuk mengingat kematian akan tetapi juga motivasi lain, diantaranya Wawancara dengan Nur, di kediaman rumahnya, Minggu, 27 Desember 2020, pukul WIB Purwadi, Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual. Rosidah, Etnografi Ziarah Makam Sunan Ampel. Nur Faizah, “Tradisi Ziarah Makam Putri Terung di Desa Terung Wetan Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo” UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014. YAQZHAN Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 239 Pertama, mencari ketenangan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh salah satu Informan yaitu bapak Saepul. Beliau mengatakan “Saya ini kalau dirumah kadang-kadang gak pernah tenang, karena saya orang yang suka seenaknya sendiri dan merasa frustasi. Saya selalu kesini untuk mencari ketenangan hidup.”Dari keterangan informan tersebut dapat dianalisis bahwa salah satu motivasi peziarah untuk datang ke makam Nyi Mas Gandasari adalah mencari ketenangan. Laki-laki yang berusia 28 tahun yang berasal dari Desa Plered tersebut mengaku bahwa meskipun sudah berkeluarga dia belum bisa mengontrol dirinya sendiri, sehingga sering sekali merasa frustasi ketika ada masalah. Menurut beliau salah satu solusi terbaik baginya adalah dengan berziarah ke makam-makam salah satunya makam Nyi Mas Gandasari karena berharap mendapatkan perenungan dan ketenangan. Kedua, adalah mendapatkan kesembuhan. Mendapatkan kesembuhan ini termasuk ke dalam faktor kesehatan, karena peziarah datang ke makam disebabkan ingin mencari kesembuhan dan kesehatan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu Ibu Eti. Beliau mengatakan “Para peziarah makam ini niatnya sangat bervariasi mbak. Salah satunya adalah untuk mencari kesembuhan dengan ketika pulang membawa air dari sumur kesembuhan yang terletak di depan makam, termasuk saya. Kadang- kadang kalau saya atau keluarga saya sakit selalu saya bawakan air sumur itu dan sembuh, tetapi terlebih dahulu ziarah ke makam Nyi Mas Gandasari.”Dari wawancara tersebut dapat dijabarkan bahwa mendapatkan kesembuhan adalah merupakan salah satu faktor motivasi orang berziarah ke makam Nyi Mas Gandsari. Ibu Eti mengaku bahwa tidak hanya penyakit karena virus atau penyakit karena bakteri yang bisa disembuhkan dengan meminum air sumur makam Nyi Mas Gansadari. Akan tetapi, penyakit yang disebabkan karena ilmu hitam santet juga bisa disembuhkan. Ibu Eti menceritakan bahwa anaknya pernah mengalami sakit, ketika dibawa ke dokter dan diperiksa tidak terjangkit penyakit apapun yang dideritanya. Namun, anak ini terus merasakan kesakitan di perutnya, sehingga akhirnya beliau berziarah ke makam Nyi Mas Gandasari dan mengambil air sumur tersebut untuk Wawancara dengan Saipul, di makam Nyi Mas Gandasari, Rabu, 13 Januari 2021 pukul WIB Wawancara dengan Eti, di makam Nyi Mas Gandasari, Rabu, 27 Januari 2021 pukul WIB YAQZHAN Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 240 diminumkan kepada anaknya. Dari penuturan Ibu Eti, temannya tersebut sampai sekarang sudah tidah kambuh lagi. Ketiga, adalah mendapatkan jodoh. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh salah satu pengunjung makam bernama Misnen, ia mengatakan “Saya datang ke makam ini, karena saya mendengar bahwa makam ini mempunyai sumber air yang dipercaya memiliki kesaktian untuk mencarikan jodoh. Saya membawa anak sulung saya yang bernama Dita kemudian setelah tiga bulan pasca Dita dimandikan di salah satu sumur yang ada di makam Nyi Mas Gandasari, Alhamdulillah akhirnya anak saya menemukan jodohnya mbak.”Dari wawancara tersebut dapat dijabarkan bahwa mendapatkan jodoh adalah merupakan salah satu faktor motivasi orang berziarah ke makam Nyi Mas Gandsari. Salah satu sumur yang ada di makam Nyi Mas Gandasari ini dipercaya ampuh untuk mendatangkan jodoh dengan cara orang yang ingin meminta jodoh ini harus mau dimandikan di salah satu sumur yang ada di makam Nyi Mas Gandasari ini dengan syarat membawa bunga tujuh rupa sebagai wujud ritualnya. Atau biasa dikenal dengan istilah mandi kembang. Keempat, mendapat keselamatan dan keberkahan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh bapak Mustadi, beliau mengatakan “Memang adat disini itu, mbak. Siapa saja yang punya hajat misalnya pernikahan atau khitanan atau acara-acara apapun, harus datang ke makam Nyi Mas dulu agar acaranya dapat berjalan dengan lancar, itu sudah dipercayai masyarakat sini sebagai ngalap barokah lan keselamatan. Misalnya kalau pernikahan biar penikahannya barokah diberikan kebahagiaan dan keselamatan, mbak.”Dari keterangan bapak Mustadi tersebut dapat dianalisis bahwa memang salah satu faktor penentu dari para peziarah untuk datang ke makam Nyi Mas Gandasari bisa disebabkan karena kepercayaan mereka yang sejak turun temurun dilestarikan yaitu adat ngalap barokah lan keselamatan. Adat ngalap barokah lan keselamatan adalah suatu tradisi ziarah makam yang kedatangannya diniatkan untuk mengharap barokah dan keselamatan, misalnya kalau ada hajat pernikahan atau khitanan dan acara- acara lain yang berhubungan dengan kebahagiaan seperti panen padi, panen tebu atau kelahiran Wawancara dengan Misnen di makam Nyi Mas Gandasari, Kamis, 24 Desember 2020, pukul WIB Wawancara dengan Mustadi, di makam Nyi Mas Gandasari, Rabu, 27 Januari 2021 pukul WIB YAQZHAN Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 241 seorang bayi, dan lain-lain dengan membawa tumpeng yang sudah dipersiapkan. Salah satu upacara adat yang dilakukan adalah yang disebut sebagai upacara sedekah bumi yaitu upacara yang dilakukan di makam Nyi Mas Gandasari untuk mengucapkan rasa syukur karena telah panen padi. D. SIMPULAN Asal-usul tradisi ziarah makam Nyi Mas Gandasari bermula ketika Nyi Mas Ratu Gandasari meninggal, awalnya hanya orang-orang tertentu saja yang mengunjungi makam, seperti orang-orang di padepokan tersebut, mulai dari murid-muridnya, pelayan-pelayan hingga orang biasa yang tinggal disitu. Lambat laun akhirnya pengunjung makam semakin bertambah karena sudah banyak yang mengetahui tentang legenda Nyi Mas Gandasari, legenda tersebut menyatakan bahwa ia adalah satu-satunya panglima perang wanita yang memiliki paras cantik nan kesaktian yang luar biasa. Hingga pada akhirnya, banyak orang yang dari luar daerahpun berbondong-bondong mengunjungi makam tersebut. Yang menjadi motivasi peziarah ialah kebanyakan ingin mendapatkan karamah dari kharisma leluhur yakni Nyi Mas Ratu Gandasari. Tetapi tidak hanya itu peziarah juga membawa harapan-harapan kecil lainnya seperti mengharapkan kesembuhan dari penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh medis, mengharapkan agar dipermudah ketemu jodoh, mengharapkan agar usahanya lancar, pekerjaan lancar dan mencari ketenangan hidup. Bentuk-bentuk perilaku keagamaan peziarah dapat terlihat ketika ia mengunjungi makam, mendoakan sang mayit, melakukan tahlilan, istighosah, bahkan bukan hanya peziarah saja tetapi pengurus makam juga setiap hari melakukan doa bersama setiap malamnya hingga larut malam. Bentuk-bentuk keagamaan lainnya terlihat bahwa masyarakat desa tersebut masih melestarikan tradisi-tradisi yang ada seperti muludan, ruwatan desa, sedekah bumi, hingga ziarah makam ke sesepuh mereka yakni Nyi Mas Ratu Gandasari. Bagi sebagian masyarakat peziarah, kegiatan ziarah makam terhadap makam para wali dan ulama, seperti makam Nyi Mas Gandasari merupakan kegiatan yang sudah mengakar dalam jiwa masyarakat Islam Jawa. Sehingga hal tersebut sulit dihilangkan, karena sudah menjadi tradisi dan membudaya dalam kalangan masyarakat Islam Jawa. Akan tetapi bagi masyarakat peziarah harus menata hati lebih dalm-dalam saat berziarah supaya tidak YAQZHAN Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 242 terjerumus dalam lembah ke musyrikan yang dapat merusak akidah serta agama. Oleh sebab itu, hal tersebut harus benar-benar dijaga dan diperhatikan dengan sebenar-benarnya. DAFTAR PUSTAKA Amin, Ahmad. Ilmu Akhlak. Jakarta Bulan Bintang, 1995. Andjarwati, Tri. “Motivasi dari Sudut Pandang Teori Hirarki Kebutuhan Maslow, Teori Dua Faktor Herzberg, Teori X Y Mc Gregor, dan Teori Motivasi Prestasi McClelland.” JMM17 Jurnal Ilmu Ekonomi & Manajemen 1, no. 1 2015 45–54. Bauto, Laode Monto. “Perspektif Agama dan Kebudayaan dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia Suatu Tinjauan Sosiologi Agama.” JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial 23, no. 2 2014 11–25. Biroli, Alfan, Drajat Tri Kartono, dan Argyo Demartoto. “Rasionalitas Wisatawan Wisata Pilgrim Studi Fenomenologi Terhadap Wisatawan Di Kawasan Wisata Pilgrim Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.” Jurnal Analisa Sosiologi 4, no. 2 2015 60 –74. Faizah, Nur. “Tradisi Ziarah Makam Putri Terung di Desa Terung Wetan Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.” UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014. Kadarusman, Hendra. “Tradisi Ziarah di Makam Aria Wangsa Goparana Dan Eyamg Dalem Ranggadipa di Kabupaten Subang.” UIN Sunan Gunung Djati, 2011. Muhlis, Alis, dan Norkholis. “Analisis Tindakan Sosial Max Weber dalam Tradisi Pembacaan Kitab Mukhtashar Al-Bukhari Studi Living Hadis.” Jurnal Living Hadis 1, no. 2 2016 243–58. Mujib, M Mishabul. “Fenomena Tradisi Ziarah Lokal dalam Masyarakat Jawa Kontestasi Kesalehan, Identitas Keagamaan dan Komersial.” Ibda Jurnal Kajian Islam dan Budaya 14, no. 2 2016 204–24. Muti‟ah, Anisatun. Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia. Jakarta Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2009. Purwadi. Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual. Jakarta Kompas, 2006. Putra, Agus Muriawan. “Identitas dan Komodifikasi Budaya dalam Pariwisata Budaya Bali.” Analisis Pariwisata 8, no. 2 2008 7–17. Putra, Ahmad. “Konsep Agama dalam Perspektif Max Weber.” Al-AdYan 1, no. 1 2020 39–51. Rosidah, Feryani Umi. Etnografi Ziarah Makam Sunan Ampel. Surabaya IAIN Sunan YAQZHAN Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 243 Ampel Press, 2012. Sardjuningsih. “Islam Mitos Indonesia Kajian Antropologi-Sosiologi.” Kodifikasia 9, no. 1 2015. Subkhy, Bahruddin. Bid’ah-Bid’ah di Indonesia. Jakarta Gema Insani Press, 1995. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta, 2010. Syahdan. “Ziarah Perspektif Kajian Budaya Studi Pada Situs Makam Mbah Priuk Jakarta Utara .” Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 13, no. 1 2017 65–99. Syam, Nur. Islam Pesisir. Yogyakarta LKiS, 2005. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this PutraFor a long period of time, religion has become the object of study of experts. One of them is Max Weber. This article aims to study the Weber’s view of religion and its role in society. This research used the qualitative text method with the source of data which is collected through the study of literature, both in the form of books and research reports. For Weber, religion is a belief which is related to the supernatural powers. More then just a belief, each of religion such as Islam, Christianity, Buddism, Judaism has the tradition that are different each other. Beside that, religion is also strongly associated with the something of magical and telah menjadi objek kajian para ahli dalam jangka waktu yang cukup lama. Satu dari ahli tersebut adalah Max Weber. Tujuan tulisan ini adalah untuk mengkaji pandangan Max Weber tentang agama dan perannya dalam kehidupan masyarakat. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif teks dengan sumber data penelitian yang diperoleh dari telaahan literatur, baik berupa buku, maupun laporan hasil penelitian. Bagi Max Weber agama merupakan sebuah keyakinan yang terkait dengan kekuatan supernatural. Lebih dari sekedar kepercayaan, setiap agama seperti Islam, Kristen, Budha, Yudaisme, memiliki tradisi yang berbeda satu sama lain. Selain itu, agama sangat terkait dengan sesuatu yang gaib dan bersifat Monto BautoThe relationship of religion, culture and community very important or is a system of life because of the interconnectedness of each other. But the question of keberagamaan and social development will not be complete if only seen from one particular aspect only. For that in looking at the question of societal must go through a holistic approach. Required studies as the study of the sociology of religion and vice versa. It means the study of the life of keberagamaan the community won't be completed without involving sociology, sociological stats helper monkeys do not judge the religion concerned. Each nation or group that actually live up to the mandate of each religion, therefore by itself will manifest harmony, brotherhood, peace and comfort in the life of bermayarakat. Because religions have taught the truth and goodness and distanced from all malice, strife, discrimination etc. Religious life looks on mindset, behaviour or attitude and way of living one's religious attitude embodiment and able to receive different neighbor any religion as a servant of God Almighty. Religion as a guide of human life created by God, the one true God through his life. Whereas culture is as a habit or an Ordinance of human life created by the man itself results from creativity, taste and karsanya given by the Lord. Religion and culture influence each other each other. Religion affects culture, community groups, and ethnic groups. The culture tends to be fickle to any people or groups who really lives in accordance with the mandate his religion each, hence will automatically be eventuate harmony, the peace and comfort in life bermayarakat. Because of religion have taught truth and goodness and removed from all philippic, dissensions, discrimination and others. Religious life looks on people think, behavior or attitude and manner embodiment attitude religious life someone and capable of receiving fellow different any religious as the servants of allah swt. Religion as a guideline human life created by god, of almighty god in lived his life. While culture is as habit or procedures of human life created by human beings themselves from the power copyright, taste and karsanya given by god. Religion and culture interplay each other. Religious affect culture, the group, and peoples. Culture capricious tending to any people or groups who really lives in accordance with each, amanah his religion hence with itself would be harmony, the fraternity, peace and comfort in life community. Because of religion have taught truth and goodness and badness, taking away from all dissensions, discrimination and others. Religious life seemed in a pattern of thought, of behavior or attitude and manner of living religious embodiment of the attitude of someone and capable of receiving a fellow who is different any religious a follower of allah swt. Religion as a guideline human life created by the lord of almighty god in lived his life. While culture is as the habit or procedures of human life created by human beings themselves from the power of copyright, taste and karsanya given by god. Religion and culture on each other. Affecting culture, religion community groups, and Religion, cultural and societySyahdan SyahdanPilgrimage in this study tries to investigate from the perspective of cultural study, they are form significant, function application, interaction and meaning signifie. This study aimed to obtain information about the process of pilgrimage ritual at the tomb of Mbah Priuk, also trying to comprehend the function and meaning contained in the pilgrimage ritual activities conducted at the tomb of Mbah Priuk. The results obtained in this study show that all the informants who researcher encountered have similar view about Mbah Priuk. The people’s motive who do pilgrimage, in general, is to pray and make Mbah Priuk as a mediator. The unique ritual done by pilgrims is throwing banknotes or coins into a small pond. In this ritual many pilgrims choose the pool eventhough there is already a place to put the money provided by the cemetary SardjuningsihThe Muslims in Indonesia, appreciated the tradition’s value so much, remarkably, the one which becomes the part of the religiousity practices and becomes one with it. Therefore, the Islamic religion manifestation in every community group is different, because of the tradition’s differences cover it; the position of tradition and the ancestors precepts which are placed equally with religion, it is toward the invisible matter or supernatural. Their exiatences are worshipped, honored, respected and even considdered cult, treated as the God in religion. Supernatural is often anthropomorphic, it means that the supernatural is often treated as the other creatures which have the ability and characters like human, animals, or plants. The community divinity concept and perception is not purely monotheism, but it is monopluralistic. Tradition which is accomodated in their religious practices is often connected to the myth existence. The myth truth is the community faith matter, emotion and mental. All of the religion processes related to doctrine, history and its development can not be separated from the existence of the myth, included religion which is claimed as the revelation religion. The myth element becomes very important in this contextual Islam, because the myth knowledge is considered as the holy story, the primordialic event about the universe genesis, the past time, and the other life. Frazer described that the myth position in the community religion is like the holy book in the modern religion. In every tribe and group who claim as Muslim, they have the myth practices which become the base in arrenging local Islamic practices. In the study of anthropology and sociology, the function and the role of myth, religion, and tradition can not be substancially distinguished, since every one contains the invisible element. The myth as a story which is considered sacred as like the holy book which is able to describe the transendental primordial event. Myth is related to the traditional religion and the holy book is related to modern religion. The Sociology defines that myth is as the social stucture in creating the community condition. As a belief which is able to strengthen the community mystical side in order to be able to conserve the adhesive social values in the tour is a religious tour or frequently called pilgrimage tour. Pilgrimage tour is undertaken as the manifestation of action the visitors or the tourists do. The objective of research was to find out the tourist type, knowledge on pilgrimage tour, the factors encouraging and attracting the tourists to undertake pilgrimage tour, and the tourists’ rationality action in pilgrimage tour. The theory employed as the instrument of analysis was Max Weber’s social action theory and Stephen Kalberg’s rationality type. This study was taken place in pilgrimage tour area in Gunungpring, Muntilan Subdistrict, Magelang Regency. The type of study was qualitative with phenomenological strategy. The sampling technique used was accidental sampling, while the data collection was conducted using direct observation and in-depth interview methods. The data validation was carried out using data triangulation technique and data analysis was conducted using data collection, data reduction, data display and conclusion drawing. The result of research showed that the pilgrimage tourists were divided into two types existential and recreational tourists. The tourists’ knowledge on pilgrimage tour could be classified into two modern pilgrimage and search for pleasure. The factors encouraging and attracting the tourists to undertake pilgrimage tour were modern pilgrimage and search for pleasure. The factor encouraging modern pilgrimage was self-fulfillment, while the attracting one was culture. The factors encouraging the search for pleasure were social interaction, educational opportunity, leisure activity, while the attracting one was location climate. The tourists’ action and rationality in pilgrimage tour included some action undertaken originating from traditional element, the present, life ideology values, and psychological conditions affecting an individual to perform pilgrimage tour, either pilgrimage or non-pilgrimage actions. The tourists who had undertaken social action in pilgrimage tour, the rationality would be apparent and contained the meaning in the visitors who conducted a variety of activity in pilgrimage tour. The rationality existing in pilgrimage tourists included practice rationality, theoretical rationality, and substantive rationality. Keywords Pilgrimage tour, Tourists, Rationality. amalan ilmu nyi mas gandasari